0

askep temponade jantung



BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Temponade jantung merupakan sindroma klinis yang disebabkan oleh akumulasi cairan dalam ruang perikardium yang menyebabkan berkurangnya pengisian ventrikel (diastolik) yang menyebabkan terganggunya hemodinamik (Nursing Memahami Berbagai Macam Penyakit hal.96)
Tamponade jantung merupakan salah satu komplikasi yang paling fatal dan memerlukan tindakan darurat. Terjadi pengumpulan cairan di pericardium dalam jumlah yang cukup untuk menghambat aliran darah ke ventrikel. (Mansjoer, dkk. 2001: 458) Jumlah cairan yang cukup untuk menimbulkan tamponade jantung adalah 250 cc bila pengumpulan cairan tersebut berlangsung cepat, dan 100 cc bila pengumpulan cairan tersebut berlangsung lambat, karena pericardium mempunyai kesempatan untuk meregang dan menyesuaikan diri dengan volume cairan yang bertambah tersebut (Muttaqin, 2009 : 137).
Insidens tamponade jantung di Amerika Serikat adalah 2 kasus per 10.000 populasi. Lebih sering pada anak laki-laki (7:3) sedangkan pada dewasa tidak ada perbedaan bermakna (laki-laki:perempuan – 1,25:1). Morbiditas dan mortalitas sangat tergantung dari kecepatan diagnosis, penatalaksanaan yang tepat dan penyebab (Munthe, 2011).
Tamponade terjadi ketika ada akumulasi cairan pada ruang pericardium. Ini mengakibatkan elevasi pada tekanan intracardiac, penurunan diastole secara progresif dan berkelanjutan, mengurangi volume sekuncup dan cardiac output. (ENA, 2000: 128). Tamponad terjadi bila jumlah efusi pericardial menyebabkan hambatan serius aliran darah ke jantung (gangguan diastolic ventrikel) (Panggabean, 2006 : 1604).
Jadi tamponade jantung adalah kompresi pada jantung yang disebabkan oleh peningkatan tekanan intraperikardial akibat pengumpulan darah atau cairan dalam pericardium (250 cc bila pengumpulan cairan tersebut berlangsung cepat, dan 100 cc bila pengumpulan cairan tersebut berlangsung lambat) yang menyebabkan penurunan pengisian ventrikel disertai gangguan hemodinamik, dimana ini merupakan salah satu komplikasi yang paling fatal dan memerlukan tindakan darurat.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas masalah tamponade jantung, agar dapat memberikan manfaat baik dosen maupun mahasiswa.


1.2  Rumusan masalah
1.  Apa itu tamponade?
2.  Bagaimana anatomi fisiologi sistem kardiovaskuler?
3.  Apa saja etiologi tamponade jantung?
4.  Bagaimana manifestasi klinis tamponade jantung?
5.  bagaimana patofisiologi tamponade jantung?
6.  Bagaimana klasifikasi tamponade jantung?
7.  Bagaimana penatalaksanaan tamponade jantung?
8.  Bagaimana pemeriksaan diagnosis tamponade jantung?
9.  Apa saja komplikasi tamponade jantung?
10. Bagaimana asuhan keperawatan tamponade jantung?

1.3  Tujuan Penulisan
1.  Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan untuk pasien tamponade jantung.
2.  Tujuan Khusus
·         Mengetahui pengertian tamponade jantung
·         Mengetahui bagaimana anatomi fisiologi tamponade jantung
·         Mengetahui etiologi tamponade jantung
·         Mengetahui manifestasi tamponade jantung
·         Mengetahui klasifikasi tamponade jantung
·         Mengetahui penatalaksanaan tamponade jantung
·         Mengetahui diagnosis tamponade jantung
·         Mengetahui komplikasi tamponade jantung
·         Mengetahui asuhan keperawatan tamponade jantung

1.4  Manfaat Penulisan
1.      Bagi Penulis
Penulis dapat mengetahui secara dalam mengenai tamponade jantung dan dapat mengetahui asuhan keperawatannya.
2.      Bagi Lingkungan
Masyarakat dapat mengetahui secara lebih lanjut apa penyebab dan cara pengobatan serta pencegahan dari tamponade jantung sehingga masyarakat dapat memahaminya.
3.      Bagi Instansi
Dapat membantu dalam penyuluhan informasi penyakit tamponade jantung dalam masyarakat.


BAB II
LANDASAN TEORI
2.1   Definisi Tamponade Jantung
Tamponade jantung merupakan suatu sindroma klinis akibat penumpukan cairan berlebihan di rongga perikard yang menyebabkan penurunan pengisian ventrikel disertai gangguan hemodinamik (Dharma, 2009 : 67)
Tamponade jantung merupakan kompresi akut pada jantung yang disebabkan oleh peningkatan tekanan intraperikardial akibat pengumpulan darah atau cairan dalam pericardium dari rupture jantung, trauma tembus atau efusi yang progresif (Dorland, 2002 : 2174).
 Tamponade adalah perembesan darah dari jantung ke dalam ruang pericardial sehingga menimbulkan kompresi yang proggresif pada jantung dan obstruksi pada vena-vena besar. (Mansjoer, dkk. 2000: 298).
Tamponade jantung adalah sindrom klinik dimana terjadi penekanan yang cepat atau lambat terhadap jantung akibat akumulasi cairan, nanah, darah, bekuan darah, atau gas di perikardium, sebagai akibat adanya efusi, trauma, atau ruptur jantung (Spodick, 2003). Tamponade jantung selalu merupakan life threatening dan hampir selalu membutuhkan intervensi terapi yang tepat dan cepat (Spodick, 1998).
Insidens tamponade jantung di Amerika Serikat adalah 2 kasus per 10.000 populasi. Lebih sering pada anak laki-laki (7:3) sedangkan pada dewasa tidak ada perbedaan bermakna (laki-laki:perempuan – 1,25:1). Morbiditas dan mortalitas sangat tergantung dari kecepatan diagnosis, penatalaksanaan yang tepat dan penyebab (Munthe, 2011).
Tamponade jantung terjadi bila rongga perikardial terisi dengan cairan dalam waktu yang lebih cepat daripada kemampuan kantong perikardial untuk meregang. Apabila jumlah cairan meningkat secara pelan (contohnya pada hipotiroidisme), kantong perikardial dapat melebar dan berisi satu liter cairan atau lebih sebelum terjadinya tamponade. Apabila jumlah cairan meningkat secara cepat (contohnya pada trauma atau ruptur miokardial), jumlah cairan sebanyak 100 mL dapat menyebabkan tamponade (Spodick, 2003).
2.2  Anatomi Fisiologi Sistem Kardiovaskuler
Jantung dalam tubuh kita secara umum berfungsi sebagai pompa, merupakan salah satu organ penting dalam tubuh kita. Jantung adalah sebuah organ penting yang berfungsi sebagai pompa yang memiliki empat bilik:
1)      Dua bilik yang terletak diatas disebut Atrium,
2)      Dua yang lainnya dibawah disebut dengan Ventrikel.
Jantung juga dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1)      Bagian kanan yang bertugas memompa darah ke paru-paru, dan
2)      Bagian kiri yang bertugas memompa darah ke seluruh tubuh manusia.
     Atrium dan ventrikel ini masing-masing akan dipisahkan oleh sebuah katup, sedangkan sisi kanan dan kiri jantung akan dipisahkan oleh sebuah sekat yang dinamakan dengan septum.
     Septum atau sekat ini adalah suatu partisi otot kontinue yang mencegah percampuran darah dari kedua sisi jantung. Pemisahan ini sangat penting karena separuh jantung kanan menerima dan memompa darah beroksigen rendah sedangkan sisi jantung sebelah kiri memompa darah beroksigen tinggi. Sedangkan katup jantung dalam hal ini berfungsi terutama agar darah yang telah terpompa tidak kembali masuk ke dalam lagi. Itu adalah sedikit mengenai anatomi jantung.
Sirkulasi darah dalam jantung mempunyai 3 komponen yang penting, ketiga komponen tersebut adalah.
1)      Jantung itu sendiri yang       mempunyai fungsi sebagai      pompa yang melakukan tekanan terhadap darah agar timbul gradien dan darah dapat mengalir ke seluruh tubuh.
2)      Pembuluh darah yang mempunyai fungsi sebagai saluran untuk mendistribusikan darah dari jantung ke semua bagian tubuh dan mengembalikannya kembali ke dalam jantung sendiri.
3)      Darah yang mempunyai fungsi sebagai medium transportasi dimana darah akan membawa oksigen dan nutrisi.

Fisiologi Jantung

Jantung ketika bekerja secara berselang-seling berkontraksi untuk mengosongkan isi jantung dan juga berelaksasi dalam rangka mengisi darah kembali. Siklus jantung terdiri atas periode sistol (kontraksi dan pengosongan isi) dan juga periode diastol (relaksasi dan pengisian jantung). Atrium dan ventrikel mengalami siklus sistol dan diastol terpisah. Kontraksi terjadi akibat penyebaran eksitasi (mekanisme listrik jantung) ke seluruh jantung. Sedangkan relaksasi timbul setelah repolarisasi atau tahapan relaksasi dari otot jantung.
Jantung berfungsi sebagai pompa ganda. Darah yang kembali dari sirkulasi sistemik (dari seluruh tubuh) masuk ke atrium kanan melalui vena besar yang dikenal sebagai vena kava. Darah yang masuk ke atrium kanan berasal dari jaringan tubuh, telah diambil O2-nya dan ditambahi dengan CO2. Darah yang miskin akan oksigen tersebut mengalir dari atrium kanan melalui katup ke ventrikel kanan, yang memompanya keluar melalui arteri pulmonalis ke paru. Dengan demikian, sisi kanan jantung memompa darah yang miskin oksigen ke sirkulasi paru. Di dalam paru, darah akan kehilangan CO2-nya dan menyerap O2 segar sebelum dikembalikan ke atrium kiri melalui vena pulmonalis.
Darah kaya oksigen yang kembali ke atrium kiri ini kemudian mengalir ke dalam ventrikel kiri, bilik pompa yang memompa atau mendorong darah ke semus sistim tubuh kecuali paru. Jadi, sisi kiri jantung memompa darah yang kaya akan O2 ke dalam sirkulasi sistemik. Arteri besar yang membawa darah menjauhi ventrikel kiri adalah aorta. Aorta bercabang menjadi arteri besar dan mendarahi berbagai jaringan tubuh.
Sirkulasi sistemik kerja jantung memompa darah ke berbagai organ, yaitu ginjal, otot, otak, dan semuanya. Jadi darah yang keluar dari ventrikel kiri tersebar sehingga masing-masing bagian tubuh menerima darah segar. Darah arteri yang sama tidak mengalir dari jaringan ke jaringan. Jaringan akan mengambil O2 dari darah dan menggunakannya untuk menghasilkan energi. Dalam prosesnya, sel-sel jaringan akan membentuk CO2 sebagai produk buangan atau produk sisa yang ditambahkan ke dalam darah. Darah yang sekarang kekurangan O2 dan mengandung CO2 berlebih akan kembali ke sisi kanan jantung. Selesailah satu siklus dan terus menerus berulang siklus yang sama setiap saat.

2.3  Etiologi Tamponade Jantung
Ø  Neoplasma
Ø  Perikarditis
Ø  uremia dan
Ø  perdarahan ke dalam ruang perikardial akibat trauma,
operasi atau infeksi.

2.4  Manifestasi Klinis
Gejala klinik tamponade bervariasi, tergantung proses yang mendasarinya. Pada efusi pericard, ada 3 faktor yang menentukan apakah tetap tenang secara klinis atau menimbulkan gejala akibat kompresi jantung. (1) volume cairan, (2) laju terakumulasinya cairan, (3) karakter komplians pericardium. Suatu peningkatan mendadak volume perikard, contohnya pada kasus trauma dada dengan perdarahan intrapericard, mengakibatkan peningkatan signifikan tekanan perikard dan berpotensi menimbulkan kompresi berat pada ruang rongga jantung. Jumlah cairan yang sedikitpun dapat meningkatkan peningkatan signifikan tekanan jika pericard secara patologis non-komplians, misalnya pada keberadaan tumor atau fibrosis kantung.Berbeda dengan hal-hal tersebut, jika efusi perikard terakumulasi dengan lambat, dalam jangka waktu mingguan hingga bulanan, perikard perlahan teregang. Dengan adaptasi, perikard bisa mengakomodasi volume yang lebih besar tanpa peningkatan signifikan tekanan intraperikardia. Akumulasi lambat memberi kesempatan kompensasi jantung yang lebih baik yaitu: takikardi, peningkatan resistensi vaskuler perifer dalam beberapa hari atau beberapa minggu. Tetapi akumulasi yang cepat akan menimbulkan peregangan pericardium yang tidak adekuat dan berakibat fatal dalam beberapa menit .Anamnesa yang komprehensif terhadap riwayat pasien dapat membantu mengidentifikasi kemungkinan etiologi dari efusi pericardial, yang dapat menyebabkan tamponade jantung.
  1. Pasien dengan penyakit sistemik dan keganasan dengan penurunan berat badan, lemas, dan  anoreksia.
  2. Nyeri dada pada pasien pericarditis dan infark miokard.
  3. Nyeri musculoskeletal atau panas tampak pada pasien dengan kelainan jaringan ikat.
  4. Riwayat gagal ginjal menyebabkan uremia sebagai penyebab efusi pericard.
  5. Seksama terhadap obat pasien terkait obat lupus yang mengarah ke efusi perikardial
  6. Riwayat terakhir bedah kardiovaskular, intervensi koroner, atau trauma yang dapat menyebabkan pengumpulan cepat cairan pericard dan menyebabkan tamponade.
  7. Riwayat terakhir pemasangan pacemaker atau insersi kateter vena central yang dapatb menyebabkan pengumpulan cepat cairan pericard dan menyebabkan tamponade.
  8. Pertimbangkan HIV efusi pericardial dan tamponade jika pasien memiliki riwayat penggunaan narkoba suntik atau infeksi oportunistik.
  9. Tanyakan tentang radiasi dinding dada (misal untuk kanker paru, mediastinum, atau esophagus)
  10. Tanyakan tentang gejala keringat malam, demam, dan penurunan berat badan, yang mengindikasikan tuberculosis.

2.5  Patofisiologi Tamponade jantung
Tamponade jantung didefinisikan sebagai kompresi  signifikan jantung akibat akumulasi isi perikardial, “Kompresi signifikan” tergantung apakah tamponade dari sudut pandang murni fisiologis atau klinis. Karena tamponade adalah patofisiologis yang kontinum, tamponade jantung dapat ringan dan terus berkembang, yang terakhir menjadi keadaan darurat yang mengancam nyawa dan tahap yang dapat berkembang ke arah itu. Pengurangan cardiac output dapat terjadi dari sedikit misalnya 150 mL darah perikardium setelah luka jantung hingga lebih dari 1 L cairan di efusi perikardial yang perlahan berkumpul. kompresi jantung dengan Klinis yang signifikan oleh cairan perikardial tergantung pada tiga kondisi yang saling terkait. Isi perikardial harus melakukan hal berikut: (1) mengisi volume cadangan perikardial kecil relatif, volume yang ditambahkan ke yang normal 15 sampai 35 mL cairan perikardial, hanya akan menggembungkan perikardium parietalis dengan mengisi berbagai relung dan sinus;  (2) meningkat melebihi peregangan dari perikardium parietalis; dan (3) melebihi volume darah vena yang mendukung gradien tekanan normal kecil untuk pengisian jantung kanan. Perikardium bersifat relatif inextensible, jantung dan isi perikardial bersaing terus-menerus untuk mempertahankan volume tetap intrapericardial relatif (Lilly,2007).
Proses patofisiologis yang mendasari untuk pengembangan tamponade adalah karena berkurangnya tekanan diastolik mengisi distending transmural tidak cukup untuk mengatasi tekanan intrapericardial meningkat. Takikardia adalah respon jantung awal untuk perubahan ini untuk mempertahankan curah jantung. Aliran balik vena sistemik juga diubah selama tamponade. Jantung dikompresi pada seluruh siklus jantung karena tekanan intrapericardial meningkat, aliran balik vena sistemik terganggu dan terjadi kolaps ventrikel kanan dan atrium kanan. Karena vaskular paru adalah sirkuit yang luas dan memenuhi persyaratan, darah cenderung terakumulasi di sirkulasi vena, dengan mengorbankan pengisian ventrikel kiri. Hal ini menyebabkan berkurangnya cardiac output dan aliran balik vena (Yarlagadda,2011).
Tahap I: Akumulasi cairan perikardial menyebabkan peningkatan kekakuan ventrikel, memerlukan tekanan pengisian yang lebih tinggi. Selama fase ini, tekanan ventrikel kiri dan kanan mengisi lebih tinggi dari tekanan intrapericardial
Tahap II: Dengan akumulasi cairan lebih lanjut, tekanan perikardial meningkat di atas tekanan pengisian ventrikel, sehingga curah jantung berkurang.
Fase III: Terjadi penurunan output jantung lanjut, karena equilibrium tekanan perikardial dan pengisian ventrikel kiri (LV).
Jumlah cairan perikardial diperlukan untuk merusak jantung diastolik mengisi tergantung pada tingkat akumulasi cairan dan tahanan perikardium. Akumulasi cepat 150 mL cairan dapat mengakibatkan peningkatan tekanan perikardial dan dapat menghambat cardiac output, sedangkan 1000 mL cairan dapat terakumulasi selama periode yang lebih lama tanpa efek signifikan pada pengisian diastolik jantung. Hal ini disebabkan peregangan adaptif perikardium dari waktu ke waktu. Perikardium dapat menyesuaikan akumulasi cairan yang cukup selama periode yang lebih lama tanpa mengganggu hemodinamik.Pada setiap ruang jantung, memiliki tekanan intramural (tekanan intracardiac dikurangi tekanan pericardial), merupakan penentu utama pada pengisian jantung. Tekanan transmural merupakan “true filling pressure” yang berkontribusi terhadap preload ventrikel. Tekanan pericardial normal lebih rendah dibandingkan titik pertengahan tekanan diastolik atrium kanan dan ventrikel kanan, sehingga tekanan transmural atrium kanan (tekanan atrium kanan dikurangi tekanan pericardial) normalnya lebih tinggi dari tekanan intrakardiaknya. Pada tamponade jantung, peningkatan tekanan perikcardial progresif akan mengurangi rata-rata tekanan transmural diawali pada ruang jantung kanan kemudian ruang jantung kiri .
Seperti kebanyakan tamponade, mengakibatkan kelainan tekanan dan aliran, tekanan transmural yang timbal balik berkurang dan peningkatan selama pernapasan pada jantung kiri dibandingkan kanan. sehingga, inspirasi meningkatkan pengisian jantung kanan dengan mengorbankan jantung kiri dengan pemulihan pada ekspirasi. Pada kondisi tamponade kritis, output jantung biasanya turun setidaknya 30%, tekanan transmural rata-rata, nol (biasanya antara 15 dan 30 mm Hg dalam perikardium dan antara 15 dan 30 mmHg dalam jantung pada pasien euvolemic), sehingga mekanisme kompensasi pernapasan menjadi mekanisme fisiologis utama yang berkontribusi pada tingkat tertentu untuk output dan input jantung. Sebuah komponen penting dari kompensasi pernapasan ditandai pergeseran dari septum ventrikel ke ventrikel kiri saat inspirasi mengisi jantung kanan dengan mengorbankan jantung kiri dengan pembalikan pada ekspirasi. Secara klinis, kompensasi pernapasan  dinyatakan sebagai pulsus paradoksus .Selain tergantung pada volume perluasan darah, peregangan pericardial, dan peningkatan fraksi ejeksi, mekanisme kompensasi tam[pomade jantung seperti tachycardia dan vasokonstriksi perifer karena stimulasi adrenergic karena penurunan cardiac output. Peningkatan tekanan atrium kanan berkontribusi pada peningkatan minute cardiac output (stroke volume x heart rate) saat penurunan stroke volume (Spodick,1998).


neoplasma, dan uremi
hiperplasia sel yang tidak terkontrol
pergesekan antara kantong jantung (perikardium) dengan lapisan paling luar jantung (epikardium)
peradangan pada perikarditis


1.                     
Aliran darah koroner
Nyeri dada
   Iskemia miokard
WOC TAMPONADE  JANTUNG TEORI
Trauma pasca infark pasca pembedahan jantung
Ruptur jantung, pembentukan eksudat ke jaringan                                                                                                               
Efusi perikardium
      Tekanan ventrikel
     
Volume sekuncup
Curah jantung 
Perfusi jaringan  
Kelemahan fisik
Kongesti pulmonalis
Infusiensi katup
Pemenuhan produksi HCL, mual muntah
Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
Pengisian diastolik 

Tamponade jantung
Kondisi dan prognosis penyakit
Kurangnya pengetahuan tentang penyakit

kecemasan
Aliran darah melalui katup berkurang
Katup tidak dapat menutup sempurna
Kebocoran darah
dispnea
Edema paru
Alveoli dipenuhi dengan cairan yang keluar dari pembuluh sebagai ganti udara dalam paru
Gangguan pertukaran gas
Pengembangan paru tidak optimal
Pola nafas tidak efektif
Suplay O2 berkurang
Kemampuan metaboliisme terganggu
Metabolisme anaerob
Akumulasi asam laktat
Ph sel
Asidosis metabolik
Gangguan fungsi ventrikel kiri
Kekuatan kontraksi miokardium
Aliran darah tidak adekuat ke sistemik
Ketidakseimbangan antar suplay  O2
Intoleransi aktivitas
 























 

takikardia
Gangguan aktivitas dan istirahat
Gangguan sirkulasi
Perfusi jantung
Penurunan curah jantung
Tamponade jantung









2.6  Klasifikasi Tamponade Jantung
Pembagian tamponade jantung berdasarkan etiologi dan progresifitas (Munthe, 2011):
1.       Acute surgical tamponade 
Meliputi keadaan antegrade aortic dissection, iatrogenic, dan trauma tembus jantung. Pada keadaan ini, tamponade jantung dapat menyebabkan mekanisme kompensasi menyeluruh yang cepat. Timbunan darah dan clot sebesar 150 cc dapat menyebabkan kematian secara cepat. Pada keadaan kronis, timbunan darah dapat mencapai 1 L.

2.       Medical tamponade
Meliputi keadaan efusi perikardial akibat perikarditis akut, perikarditis karena keganasan atau gagal ginjal.

3.       Low-pressure tamponade
Keadaan ini terjadi pada dehidrasi berat
Sedangkan menurut Spodick 2003, berdasarkan etiologinya, tamponade jantung dibagi      menjadi tiga, yaitu:
  1. Acute tamponade
Biasanya disebabkan oleh ruptur traumatik dari ventrikel akibat trauma tumpul atau prosedur lainnya; juga disebabkan oleh aortic dissection atau infark miokard dengan ruptur ventrikel.
Acute tamponade mempunyai onset yang tiba-tiba, dan dapat menyebabkan nyeri dada, takipnea, dan dispnea, serta membahayakan jiwa bila tidak diatasi dengan tepat. Tekanan vena jugularis juga meningkat, dan mungkin berhubungan dengan distensi vena di dahi dan kulit kepala. Suara jantung juga seringkali tidak terdengar (Hoit, 2009).
      2.    Subacute tamponade:
Subacute tamponade dapat asimptomatis pada awalnya, tetapi bila tamponade jantung melewati batas kritis, maka akan menimbulkan gejala dispnea, rasa tidak nyaman atau penuh di dada, edema perifer, rasa lelah, atau gejala lainnya yang disebabkan peningkatan tekanan pengisian dan cardiac output yang terbatas (Hoit, 2009).





2.7  Penatalaksanaan
a. Primary survey
1) Airway dengan control servikal
Penilaian: Perhatikan patensi airway (inspeksi, auskultasi, palpasi) Penilaian akan adanya obstruksi
Management: Lakukan  chin   lift  dan atau  jaw   thrust  dengan control servikal  in-line  immobilisasi Bersihkan airway dari bendaasing.
2) Breathing dan ventilasi
Penilaian
1.      Buka leher dan dada penderita, dengan tetap memperhatikan control servikal in-line immobilisasi.Tentukan laju dan dalamnya pernapasan
2.      Inspeksi dan palpasi leher dan thoraks untuk mengenali kemungkinan terdapat deviasi trakhea, ekspansi thoraks simetris atau tidak,   pemakaian otot-otot tambahan dan tanda-tanda cedera lainnya.
3.      Perkusi thoraks untuk menentukan redup atau hipersonor
4.      Auskultasi thoraks bilateral
Management:
Oksigenasi
Ventilasi mekanik tekanan positif sebaiknya dihindari karena dapat menurunkan venous return dan memperberat gejala tamponade.
3) Circulation dan kontol perdarahan
Penilaian (pada trauma)
1.      Mengetahui sumber perdarahan eksternal yang fatal
2.      Mengetahui sumber perdarahan internal
3.      Periksa nadi:   kecepatan,   kualitas,   keteraturan,   pulsus paradoksus.   Tidak diketemukannya pulsasi dari arteri besar merupakan pertanda diperlukannya resusitasi massif segera.
4.      Periksa warna kulit, kenali tanda-tanda sianosis.
5.      Periksa tekanan darah


Management: 
1.      Penekanan langsung pada sumber perdarahan eksternal
2.      Pasang kateter IV 2 jalur ukuran besar sekaligus mengambil sampel darah untuk pemeriksaan rutin, kimia darah, golongan darah dan cross-match serta Analisis Gas Darah (BGA).
3.      Beri cairan kristaloid 1-2 liter yang sudah dihangatkan dengan tetesan cepat
4.      Bed rest dengan elevasi tungkai untuk membantu venous return
5.      Transfusi darah jika perdarahan massif dan tidak ada responos terhadap pemberian cairan awal.
6.      Obat-obatan Inotropic (misalnya : dobutamine) : ini bermanfaat karena meningkatkan cardiac output tanpa meningkatkan resistensi vascular sistemik.
7.      Pemasangan kateter urin untuk monitoring indeks perfusi jaringan.
Perikardiosentesis
1.      Evakuasi cepat darah dari perikard merupakan indikasi bila dengan syok hemoragik tidak memberikan respon pada resusitasi cairan dan kemungkinan tamponade jantung.
2.      Perikardiosentesis merupakan tindakan aspirasi efusi perikard atau pungsi perikard.
3.      Monitoring EKG untuk menunjukkan tertusuk nyamiokard (↑ voltase gelombang T atau terjadi disritmia).
Lokasi : seringnya di subxyphoid
Teknik:
1.         Pasien disandarkan pada sandaran dengan sudut   45° sehingga memungkinkan jantung ke posterior menjauhi dinding thorax.
2.         Lakukan tindakan aseptic dan anestesi lokal dengan prokain 2% atau xilokain 2%.
3.         Jarum nomer   18-16   dihubungkan dengan spuit   20-50   ml dihubungkan dengan pemantau EKG  melalui alligator atau hemostat.
4.         Arahkan jarum ke postero sepalad, membentuk sudut 450 dengan permukaan dinding dada.
5.         Tusukan jarum 2-4 cm sampai terasa tahanan lapisan perikard
6.         Bila jarum pungsi menembus perikard dan kontak dengan otot jantung, akan timbul elevasi segmen ST (injury) dan ekstra sistol ventrikel dengan   amplitude   tinggi.  Bila hal ini terjadi,  maka jarum pungsi harus ditarik sedikit dan di arahkan ke tempat lain.
7.         Apabila cairan perikard kental, dapat di pakai trokar yang lebih besar.
8.          Apabila tidak diperoleh cairan   yang  mengalir,   jarum ditarik perlahan-lahan dan ditusuk kembali kearah lain atau lebih dalam sedikit.
9.         Hindarkan tusukan  yang tiba-tiba, kasar atau pemindahan arah tusukan secara kasar. Perubahan arah tusukan harus dilakukan secara perlahan tepi konstan sambil diisap secara kontinyu.
10.     Kateter  vena sentral dapat dipasangkan melalui jarum tersebut dan dibiarkan  di  tempat  yang memungkinkan tindakan aspirasi periodic untuk mencegah pengumpulan cairan kembali.
11.     Setelah selesai,  cabut jarum dan pasang perban  di  atas tempat pungsi.
Untuk pasien hemodinamik tidak stabil atau satu dengan tamponade berulang, memberikan perawatan berikut:
1.      Operasi pembuatan jendela perikardial : operasi untuk menghubungkan ruang perikardial dan ruang intrapleural. Hal ini biasanya pendekatan subxiphoidian dengan reseksi xifoideus. Baru-baru ini, pendekatan paraxiphoidian kiri tanpa reseksi xifoideus. Open torakotomi dan atau pericardiotomy mungkin diperlukan dalam beberapa kasus, dan ini harus dilakukan oleh ahli bedah yang berpengalaman.
2.      Pericardiocentesis atau sclerosing perikardium : Ini adalah pilihan terapi untuk pasien dengan efusi perikardial berulang atau tamponade. Melalui kateter intrapericardial, kortikosteroid, tetrasiklin, atau obat antineoplastik (misalnya, anthracyclines, bleomycin) dapat dimasukkan ke dalam ruang perikardial.
3.      Pericardio-peritoneal shunt: pada beberapa pasien dengan efusi perikardial ganas, pembuatan pericardio-peritoneal shunt membantu mencegah tamponade berulang.
4.      Pericardiectomy: Reseksi dari perikardium (pericardiectomy) melalui sternotomy median atau torakotomi kiri, jarang diperlukan untuk mencegah efusi perikardial berulang dan tamponade.
2.8  Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Elektrokardiografi 
1.      Didapatkan  PEA  (Pulseless  Electric  Activity), sebelumnya dikenal sebagai Electromechanical  Dissociation,  merupakan dimana pada  EKG  didapatkan irama sedangkan pada perabaan nadi tidakditemukan pulsasi. PEA  Amplitude gelombang P dan QRS berkurang pada setiap gelombang berikutnya.
2.      PEA   dapat ditemukan pada tamponade jantung,   tension pneumothorax, hipovolemia, atau ruptur jantung.
3.      Dengan EKG 12 lead berikut suspek tamponade jantung :
1)      Sinus tachycardia     
2)      Kompleks QRS Low-voltage
3)          Electrical alternans : kompleks QRS alternan, biasanya rasio 2:1, terjadi karena pergerakan       jantung pada ruang pericardium. Electrical ditemukan juga pada pasien dengan myocardial ischemia, acute pulmonary embolism, dan tachyarrhythmias.
4)      PR segment depression
4.      EKG juga digunakan untuk memonitor jantung ketika melakukan aspirasi perikardium.
Pemeriksaan Radiologis
Foto rontgen toraks bila efusi pericardium hanya sedikit, tetapi tetap tampak bayangan jantung membesar seperti water bottle dengan vaskularisasi paru normal dan adanya efusi pericardium yang banyak. Pada efusi pericardium, gambaran Rontgen toraks memperlihatkan suatu konfigurasi bayangan jantung berbentuk buli-buli air tapi dapat juga normal atau hamper normal.
Pada posisi berdiri atau duduk, maka akan tampak pembesaran jantung yang berbentuk segitiga dan akan berubah bentuk menjadi globular pada posisi tiduran. Kadang-kadang tampak gambaran bendungan pembuluh darah vena. Pada fluoroskopi tampak jantung yang membesar dengan pulsasi yang minimal atau tidak tampak pulsasi sama sekali (silent heart). Jumlah cairan yang ada dan besar jantung yang sebenarnya dapat diduga dengan angiokardiogram atau ekokardiogram.
Pemeriksaan Laboratorium
Laju endap darah umumnya meninggi terutama pada fase akut. Terdapat pula leukositosis yang sesuai dengan kuman penyebab. Cairan perikard yang ditemukan dapat bersifat transudat seperti perikarditis rheumatoid, reumatik, uremik, eksudat serosanguinous dapat ditemukan pada perikarditis tuberkulosa dan reumatika.
Cairan yang purulen ditemukan pada infeksi banal. Terhadap cairan perikard ini, harus dilakukan pemeriksaan mikroskopis terhadap jenis sel yang ditemukan, pemeriksaan kimia terhadap komposisi protein yang ada dan pemeriksaan bakteriologis dengan sediaan langsung, pembiakan kuman atau dengan percobaan binatang yang ditujukan terhadap pemeriksaan basil tahan asam maupun kuman-kuman lainnya.
Pemeriksaan laboratorium disesuaikan dengan etiologi terjadinya tamponade jantung, misalnya pemeriksaan berikut :
  1. Peningkatan creatine kinase dan isoenzim pada MI dan trauma jantung.
  2. Profil renal dan CBC  uremia dan penyakit infeksi yang berkaitan dengan pericarditis
  3. Protrombin time (PT)   dan aPTT (activated partial thromboplastin time)  menilai resiko perdarahan selama intervensi misalnya drainase perikardial.
Echocardiografi
Meskipun echocardiografi menyediakan informasi yang berguna, tamponade jantung adalah diagnosis klinis. Berikut ini dapat diamati dengan echocardiografi 2-dimensi :
1.      Zona ruang bebas posterior dan anterior ventrikel kiri dan di belakang atrium kiri : Setelah operasi jantung, suatu pengumpulan cairan lokal posterior tanpa efusi anterior yang signifikan dapat terjadi dan dapat membahayakan cardiac output.
2.      Kolapsnya diastolic awal dari dinding bebas ventrikel kanan kompresi end diastolic / kolapsnya atrium kanan Plethora vena cava inferior dengan inspirasi minimal atau tidak kolaps.
3.      Lebih dari 40% peningkatan inspirasi relatif dari sisi kanan aliran
4.      Lebih dari 25% penurunan relatif pada aliran inspirasi di katup mitral
Pulse oksimetri
Variabilitas pernapasan di pulse-oksimetri gelombang dicatat pada pasien dengan paradoksus pulsus. Dalam kelompok kecil pasien dengan tamponade, Stone dkk mencatat peningkatan variabilitas pernapasan di pulsa-oksimetri gelombang pada semua pasien. Ini harus meningkatkan kecurigaan untuk kompromi hemodinamik. Pada pasien dengan atrial fibrilasi, pulsa oksimetri-dapat membantu untuk mendeteksi keberadaan paradoksus pulsus.
USG FAST
Untuk mendeteksi cairan di rongga perikardium.
2.9  Komplikasi
1.Tamponade jantung
2.Perikarditiskonstriktif
3.Aritmi jantung
4.Nyeri dada berulang-ulang.


2.10  PENGKAJIAN DATA DASAR PASIEN
1.      AKTIVITAS/ISTIRAHAT
            Gejala              : kelelahan,keemahan.
            Tanda              : takikardia
  Penurunan TD
Dispnea dengan aktivitas
2.      SIRKULASI
Gejala              : riwayat demam reumatik, penyakit jantung kongenita, IM, bedah jantung   (CABGpenggantian katup/baypas kardiopulmonal lama).
 Palpitasi
 Jatuh pingsan.
Tanda              :takikardia, disritmia.
Perpindahan TIM (titik impuls maksimal) kiri dan inferior (pembesaran jantung).
Friction rub perikardia; (biasanya intermiten, terdengar di batas sternal kiri).
Murmur aortik, mitral, stenosis/insufisiensi, trikuspid;perubahan dalam murmur yang mendahului;disfungsi otot kapilar.
Irama gallop (S3/S4.) bunyi jantung normal pada awal perikarditis akut. Edema, DVJ (GJK).
Petekie (konjungtiva, membran mukosa).
Hemoragi, splinter (punggung kuku).
Nodus osler (jari/ibu jari).
Lesi janeway (telapak tangan/telapak kaki)
ELIMINASI
Gejala              : riwayat penyait ginjal/gagal ginjal.
                                     Penurunan frekuensi atau jumlah urine.
Tanda               : urine pekat gelap.
NYERI/KETIDAKNYAMANAN
Gejala              : nyeri pada dada anterior (sedang sampai berat/tajam) diperberat oleh          inspirasi, batuk, gerakan menelan, berbaring;hilang dengan duduk.
Tanda              : nyeri dada/punggung/sendi (endokarditis)
 Perilaku distraksi misalnya gelisah.

PERNAPASAN
Gejala              : napas pendek; napas pendek kronis memburuk padamalam hari (miokarditis).
Tanda              : dispnea, dispnea nokturna
 Batuk, inspirasi mengi.
 Takipnea, krekels, dan ronkhi.
 Pernapasan dangkal.
           
KEAMANAN
Gejala              : riwayat infeksi virus, bakteri, jamur (miokarditis; trauma dada; penyakit   keganasan/iradiasi torakal;dalam penanganan gigi;pemeriksaan endoscopik terhadap sistem GI/GU).
Tanda              : demam.

PENYULUHAN/PEMBELAJARAN
Gejala              : terapi IV jangka panjang atau penggunaan kateter indwelling atau    penyalahgunaan obat parental.
Pertimbangan   DRG menunjukkan rerata lama perawatan: 4,3 hari (perikarditis) ; 5,5 hari (miokarditis), 17 hari (endokarditis).
Rencana pemulangan bantuan dalam penyapan makanan, berbelanja, transportasi, kebutuhan keperawatan diri, tugas dan pemeliharaan rumah tangga.
Back to Top