SIRKULASI DARAH



BAB I
PENDAHULUAN
  1. 1. Latar Belakang
Sistema peredaran terdiri atas jantung, pembuluh darah, dan saluran limfe. Jantung merupakan organ pemompa yang besar yang memelihara peredaran melalui seluruh tubuh. Arteri membawa darah dari jantung. Vena membawa darah ke jantung. Kapiler menggabungkan arteri dan vena, tereentang diantaranya merupakan jalan lalu lintas antara makanan dan bahan buangan. Disini juga tejadi pertukaran gas dalam cairan ekstraseluler atau interstisiil. Saluran limfe mengumpulkan, menyaring, dan menyalurkan kembali ke dalam darah limfenya yang dikeluarkan melalui dinding kapiler halus untuk membersihkan jaringan. Saluran limfe ini juga bisa dianggap sebagai bagian dari sistema peredaran.
  1. 2. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah mengetahui tentang sistem sirkulasi darah secara umum dan sirkulasi darah porta secara khusus.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

  1. 1. Jantung
Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga dengan basisnya di atas dan puncaknya di bawah Apex-nya (puncak) miringn ke sebelah kiri. Berat jantung kira-kira 300 gram. Jantung berada dalam torax, antara kedua paru-paru dan di belakang sternum, dan lebih menghadap ke kiri daripada ke kanan. Kedudukannya yang tepat dapat digambarkan pada kulit dada kita. Sebuah garis yang ditarik dari ujungtulang rawan igs ketigs kana, 2 sentimeter dari sternum, ke atas ke tulang rawan iga kedua kiri, 1 sentimeter dari sternum, menunjuk kedudukan basis jantung, tempat pembuluh darah masuk dan keluar. Titik disebelah kiri adalah iga kelima dan keenam, atau di dalam ruang interkostal kelima kiri 4 sentimeter dari garis medial, menunjuk kedudukan apex jantung, yang merupakanujung tajam dari ventrikel. Dengan menarik garis antara dua tanda itu maka kedudukan jantung dapat ditunjukkan.
Ukuran jantung kira-kira sebesar kepalan tangan. Jantung dewasa beratnya antara 220 sampai 260 gram. Jantung terbagi oleh sebuah septum(sekat) menjadi dua belah, yaitu kiri dan kanan. Sesudah lahir tidak ada hubungan yang satu dengan yang lain antara kedua belah ini. Setiap belahan kemudian dibagi lagi menjadi dua ruang, yang atas disebut atrium, dan yang bawah ventrikel. Maka di kiri terdapat 1 atrium dan 1 ventrikel, dan di kanan juga 1 atrium dan 1 ventrikel. Disetiap sisi terdapat hubungan atrium dan ventrikel melalui lubang atrio ventrikuler, dan di setiap lubang tersebut terdapat katup: yang kanan berupa katup(valvula) trikuspidalis dan yang kiri katup mitral atau bikuspidalis. (Istilah atrium dan aurikel adalah sama). Katup atrio-ventrikuler mengizinkan darah mengalir ke satu jurusan, yaitu dari atrium ke ventrikel, dan menghindarkan darah mengalir kembali dari ventrikel ke atrium. Katup trikuspidalis terdiri atas 3 kelopak atau kuspa, dan katup mitral terdiri atas dua kelopak.
Jantung terdiri atas otot yang bersifat khusus dan terbungkus oleh sebuah membran yang disebut perikardium. Membran itu terdiri atas dua lapis: perikardium viseral adalah membran serus yang lekat sekali pada jantung dan perikardium parietal adalah lapisan fibrus yang terlipat keluar dari jantung dan membungkus jantung sebagai kantong longgar. Karena susunan ini maka jantung berada di dalam dua lapis kantong perikardium, dan diantara dua lapisan itu ada cairan serus. Karena sifat meminyaki dari cairan itu maka jantung dapat bergerak bebas.
Di sebelah dalam jantung dilapisi endotelium. Lapisan ini disebut endokardium. Katup-katupnya hanya merupakan bagian yang lebih tebal dari membran ini.
Tebal dinding jantung terdiri dari tiga bagian:
  • Perikardium, atau pembungkus luar,
  • Miokardium, lapisan otot tengah
  • Endokardium, batas dalam.
Dinding otot jantung tidak sama tebalnya . Dinding ventrikel paling tebal dan dinding sebelah kiri lebih tebal dari dinding ventrikel sebelah kanan, sebab kekuatan kontraksi dari ventrikel kiri jauh lebih besar dari yang kanan. Dinding atrium tersusun atas dinding yang lebih tipis.
Sebelah dalam dinding ventrikel ditandai oleh berkas-berkas otot yang tebal. Beberapa berbentuk puting, yaitu otot-otot papilaris. Pada tepi bawah otot ini terkait benang-benang tendon tipis, yaitu khordae tendinae. Benang-benang ini mempunyai kaitan kedua yaitu pada tepi bawah katup atrio-ventrikuler. Kaitan ini menghindarkan kelopak katup terdorong masuk ke dalam atrium, bila ventrikel berkontraksi.
Vena kava superior dan inferior menuangkan darahnya ke dalam atrium kanan. Lubang dari vena kava infrerior dijaga oleh katup semilunar Eutakhius. Arteri pulmonalis membawa darah ke luar dari ventrikel kanan. Empat vena pulmonalis membawa darah dari paru-paru ke atrium kiri. Aorta membawa darah keluar dari ventrikel kiri.
Lubang dari aorta dan dari arteri pulmonalis dijaga oleh katup semilunar. Katup antara ventrikel kiri dan aorta disebut katup aortik, yang menghindarkan darah mengalir kembali dari aorta ke ventrikel kiri. Katup antara ventrikel kanan dan artei pulmonalis disebut katup pulmonalis yang menghindarkan darah mengalir kembali ke dalam ventrikel kanan.
Arteri koronaria kanan dan kiri yang pertama-tama meninggalkan aorta dan kemudian bercabang menjadi arteri-arteri lebih kecil. Arteri kecil-kecilini mengitari jantung dan mengantarkan darah kepada semua bagian organ ini. Darah yang kembali dari jantung terutama dikumpulkan oleh sinus koronaria dan langsung kembali ke dalam atrium kanan.
Meskipun gerakan jantung bersifat ritmik, tetapi kecepatan kontraksi dipengaruhi oleh rangsangan yang sampai pada jantung melalui saraf vagus dan simpatetik. Cabang dari urat-urat saraf ini bejalan ke nodus sinus-atrial. Pengaruh dari sistem simpatetik ini mempercepat irama jantung. Dan pengaruh dari vagus, yang merupakan bagian dari sistem para simpatik atau sistem otonomik menyebabkan gerakan jantung diperlambat atau dihambat.
Secara normal, jantung selalu mendapatkan hambatan dari vagus. Akan tetapi, apabila tonus vagus atau “rem” ditiadakn untuk memenuhi kebutuhan tubuh sewaktu bergerak cepat atau dalam keadaan hati panas, maka irama jantung akan bertambah. Sebaliknya sewaktu tubuh istirahat dan keadaan jiwa tenang maka iramanya lebih pelan.
Jantung adalah sebuah pompa dan kejadian-kejadin yang terjadi dalam jantung selama peredaran darah disebut siklus jantung. Gerakan jantung berasal dari nodus sinus-atrial, kemudian kedua atrium berkontraksi. Kedua kontraksi ini bergerak melalui berkas His dan kemudian ventrikel berkontraksi. Gerakan jantung terdiri atas dua jenis, yaitu kontraksi atau sistole dan pengendoran atau diastole. Kontraksi dari kedua atrium bersifat serempak dan disebut sistol atrial, pengendorannya adalah diastole atrial. Serupa dengan itu, kontakri dan pengendoran ventrikel juga disebut sistole dan diastole ventrikuler. Lama kontraksi ventrikel adalah 0,3 detik dan tahap pengendorannya selama 0,3 detik. Dengan cara ini jantung berdenyut terus-menerus, siang malam, selama hidupnya. Dan otot jantung mendapat istirahat sewaktu diastole ventrikuler.
Kontraksi kedua atrium pendek, sedangkan kontraksi ventrikel lebih lama dan kuat. Dan yang dari ventrikel kiri adalah yang terkuat karena harus mendorong darah ke seluruh tubuh untuk mempertahankan tekanan darah arteri sistemik. Meskipun ventrikel kanan juga memompa volume darah yangsama, tetapi tugasnya hanya mengirimkan darah ke sikitar paru-paru dimana tekanannya jauh lebih rendah.
Selama gerakan jantung dapat terdengar semacam suara yang disebabkan oleh katup-katup yang menutup secara pasif.
Bunyi pertama disebabkan menutupnya katup atrio-ventrikuler, dan kontraksi dari ventrikel. Bunyi kedua karena menutupnya aortik dan pulmoner sesudah kontraksi dari ventrikel. Yang pertama adalah panjang dan depak, dan yang kedua adalah pendek dan tajam. Demikianlah maka pertama terdengar seperti “lub” dan yang kedua seperti “duk”. Dalam keadaan normal, jantung tidak membuat bunyi lain, tetapi bila arus darah cepat atau ada kelainan pada katup atau salah satunya, maka dapat terjadi bunyi lain, biasanya disebut bising.
Disebut debaran apex, adalah pukulan ventrikel kiri kepada dinding anterior yang terjadi selama kontraksi ventrikel. Debaran ini dapat diraba dan sering terjadi pada ruanginterkostal kelima kiri, kira-kira empat sentimeter dari garis tengah sternum.
Otot jantung mempunyai ciri-cirinya yang khas:
  • Kemampuan berkontraksi. Dengan berkontraksi otot jantung memompa darah, yang masuk sewaktu diastole, keluar dari ruang-ruangnya.
  • Konduktivitas (daya antar). Kontraksi diantarkan melalui setiap serabut otot jantung secara halus seklai. Kemampuan pengantaran ini sangat jelas dalam berkad His.
  • Ritme. Otot jantung memiliki kekuatan untuk kontraksi ritmik secara otomatik, dengan tak tergantung pada rangsangan saraf.
Pada keadaan yang dikenal sebagai “heart block” (hambatan pengantaran) berkas His gagal menghantarkan impuls yang berasal dari nodus atrial atau sinus. Bila halangan ini hanya sebagian, maka ventrikel hanya menjawab terhadap impuls kedua atau ketiga. Dalam hambatan jantung lengkap, ventrikel berkontraksi bebas dari atrium. Dalam keadaan ini, otot ventrikel hanya mematuhi “pace-maker” (alat pengatur denyut) yang baru dalam berkas His.
Adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah dipompa keluar jantung. Denyut ini mudah diraba di suatu tempat dimana arteri melintasi sebuah tulang yang terletak didekat permukaan. Seperti misalnya: arteri radialis di sebelah depan pergelangan tangan, arteri temporalis diatas tulag temporal, atau arteri dorsalis pedis di belokan mata kaki. Yang teraba bukan darah yang dipompa jantung masuk ke aorta tetapi gelombang tekanan yang dialirkan dari aorta dan merambat lebih cepat daripada darah itu sendiri.
Kecepatan denyut jantung dalam keadaan sehat berbeda-beda, dipengaruhi oleh penghidupan, pekerjaan, umur dan emosi. Irama dan denyut sesuai dengan siklus jantung. Kalau jumlah denyut ada 70 berarti siklus jantung 70 kali semenit.
Kecepatan normal denyut nadi(jumlah debaran setiap menit)
Pada bayi yang baru lahir 140 Pada umur 5 tahun 96-100
Selama tahun pertama 120 Pada umur 10 tahun 80-90
Selama tahun kedua 110 Pada orang dewasa 60-80
Pada orang yang sedang istirahat jantungnya berdebar sekitar 70 kali semenit dan memompa 70 ml setiap denyut (volume dneyutan adalah 70 ml). Jumlah darah yang setiap menit dipompa dengan demikian adalah 70x70 ml atau sekitar 5 liter.
Sewaktu banyak bergerak, kecepatan jantung dapat menjadi 150 setiap menit dan volume dnyut lebih dari 150 ml, yang membuat daya pompa jantung 20 sampai 25 liter setiap menit. Tiap menit sejumlah volume yang sama kembali dari vena ka jantung. Akan tetapi, bila pengendalian dari vena tidak seimbang dan ventrikel gagal mengimbangi dengan daya pompa jantung, maka terjadi payah jantung. Vena-vena besar dekat jantung menjadi bengkak berisi darah sehingga tekanan dalam vena naik. Dan kalau keadaan ini tidak cepat ditangani maka terjadi udema.
Sebagian karena adanya tekanan-balik di dalam vena yang meningkatkan perembesan cairan keluar dari kapiler dan sebagian karena daya pompa jantung rendah yang juga mengurangi pengantaran darah ke ginjal. Maka ginjal gagal mengeluarkan garam. Penimbunan garam menyebabkan penimbunan air.
II 2. Darah
Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian. Bagian interseluler adalah cairan yang disebut plasma dan di dalamnya terdapat unsur padat, yaitu sel darah. Volume darah secara keseluruhan kira-kira merupakan satu perdua belas berat badan atau kira-kira 5 liter. Sekitar 55 persennya adalah cairan, sedangkan 45 persen sisanya terdiri atas sel darah. Angka ini dinyatakan dalam nilai hematokrit atau volume sel darah yang dipadatkan yang berkisar anata 40 sampai 47.
Di waktu sehat volume darah adalah konstan sampai batas-batas tertentu diatur oleh tekanan osmotik dalam pembuluh darah dan dalam jaringan.
Serum darah atau plasma darah terdiri atas
Air : 91,0 persen
Protein : 8,0 persen (Albumin, globulin, protrombin dan fibrinogen)
Mineral : 0,9 persen ( Natrium khlorida, natrium bikarbonat, garam dari kalsium. Fosfor, magnesium dan besi, dan seterusnya).
Sisanya diisi sejumlah bahan organik, yaitu: glukose, lemak, urea, asam urat, kreatinin, kholesterol, dan asam amino. Plasma juga Gas (oksigen dan karbon dioksida), hormon-hormon, enzim, dan antigen.
Eritrosit berbentuk cakram kecil bikonkaf, cekung pada kedua sisinya, sehingga dilihat dari samping tampak seperti dua buah bulan sabit yang saling bertolak-belakang. Dalam setiap milimeterkubik darah terdapat 5.000.000 juta sel darah. Kalau dilihat satu per satu warnanya kuning tua pucat, tetapi dalam jumlah besar kelihatan merah dan memberi warna pada darah. Strukturnya terdiri atas pembungkus luar aau stroma, berisi massa hemoglobin.
Sel darah merah memerlukan protein karena strukturnya terbentuk dari asam amino. Mereka juga memerlukan zat besi, sehingga untuk membentuk penggantinya diperlukan diet seimbang yang berisi zat besi. Wanita lebih banyak memerlukan lebih banyak zat besi karena beberapa di antaranya dibuang sewaktu menstruasi. Sewaktu hamil diperlukan zat besi dalam jumlah yang lebih banyak lagi untuk perkembangan janin dan pembuatan susu.
Sel darah merah dibentuk di dalam sumsum tulang , terutama dari tulang pendek, pipih dan tak baraturan dari jaringan kanselus pada ujung tulang pipa dan dari sumsum dalam batang iga-iga dan sternum.
Perkembangan sel darah dalam susunan tulang melalui berbagai tahap: mula-mula besar dan berisi nukleus tetapi tidak ada hemoglobin;kemudian dimuati hemoglobin dan akhirnya kehilangan nukleusnya dan baru diedarkan ke dalam sirkulasi darah.
Rata-rata masa hidup sel darah merah kira-kira 115 hari. Sel menjadi usang, dan dihancurkan dalam sistema retikulo-endotelial, terutama dalam limfe dan hati. Globin dari hemoglobin dipecah dalam asam amino untuk digunakan sebagai protein dalam jaringan-jaringan dan zat besi dalam hem dari hemoglobin dikeluarkan untuk digunakan dalam pembentukan sel darah merah lagi. Sisa hem dari hemoglobin dirubah menjdai bilirubin ( pigmen kuning) dan bili-verdin yang berwarna kehijau-hijauan yang dapat dilihat pada perubahan warna hemoglobin yang rusak pada luka memar.
Bila terjadi pendarahan maka sel darah merah dengan hemoglobinnya sebagai pembawa oksigen, hilang. Pada perdarahan sedang, sel-sel itu diganti dalam waktu beberapa minggu berikutnya. Tetapi bila kadar hemoglobin turun sampai 40% atau dibawahnya, maka diperlukan transfusi darah. Hemoglobin ialah protein yang kaya akan zat besi. Ia memiliki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan. Jumlah hemoglobin dalam darah normal ialah kira-kira 15 gram setiap 100 ml darah, dan jumlah ini biasanya disebut “100 persen”.
Sel darah rupanya bening dan tidak berwarna, bentuknya lebih besar dari sel darah merah, tetapi jumlahnya lebih kecil. Dalam setiap milimeter kubik darah terdapat 6000 sampai 10.000 (rata-rata 8.000 sel darah putih).
Granulosit atau sel polimorfonuklear merupakan hampir 75 pressen dari seluruh jumlah sel darah putih. Mereka terbentuk dalam sumsum merah tulang. Sel ini berisi sebuah nukleus yang berbelah banyak dan protoplasmanya berbulir. Karena itu disebut sel berbulir atau granulosit.
Limfosit membentuk 25 persen dari seluruh jumlah sel darah putih. Sel ini dibentuk di dalam kelenjar kapiler dan juga di dalam sumsum tulang. Sel ini non-granuler dan tidak memiliki kemampuan untuk bergerak seperti amoeba. Sel ini dibagi lagi dalam limfosit besar dan kecil. Selain itu ada sejumlah kecil sel berukuran lebih besar (kira-kira sebanyak 5 persen) yang disebut monosid, sel ini mampu mengadakan grakan amuboid dan menyerupai sifat fagosit (pemakan). Trombosit adalah sel berukuran kira-kira 1/3 ukuran sel darah merah. Terdapat 300.000 trombosit dalam setiap mlimeter kubik darah.

  1. 3. Sistem Peredaran Darah
Aliran darah sederhana berarti jumlah darah yang melalui suatu titik tertentu di dalam sirkulasi dalam suatu periode tertentu. Biasanya aliran darah dinyatakan dalam milimeter atau liter per menit, tetapi ia dapat juga dikatakan dalam mililiter per detik atau dalam setiap satuan alian lain.
Seluruh aliran darah dalam sirkulasi orang dewasa pada waktu istirahat kira-kira sebesar 5000 ml per menit. Ini disebut curah jantung (cardiac output) karena ia merupakan jumlah darah yang dipompa oleh jantung dalam suatu unit waktu.
Jantung adalah organ utama sirkulasi darah. Aliran darah dari ventrikel kiri melalui arteri, arteriola dan kapiler kembali ke atrium kanan melalui vena di sebut peredaran darah besar atau sirkulasi sistemik. Aliran darah dari ventrikel kanan, melalui paru-paru, ke atrium kiri adalah peredaran darah kecil atau sirkulasi pulmonal.
Karena jantung terus-menerus memompa darah ke dalam aorta, tekanan di dalam aorta pasti tinggi, rata-rata sekitar 100 mg Hg. Dan, karena pompa jantung berbentuk denyutan, tekanan arteri berfluktuasi di anatar tingkat sistolik sebesar 120 mg Hg dan tingkat diastolik sebesar 80 mg Hg. Waktu darah mengalir melalui sirkulasi sistemik, tekanannya turun secara progresif menjadi kira-kira 0 mm Hg pada saat ia mencapai atrium kanan.
Sistem peredaran darah besar:
Darah meninggalkan ventrikel kiri jantung melalui aorta, yaitu arteri terbesar dalam tubuh. Aorta ini bercabang menjadi arteri yang lebih kecil yang mengantarkan darah ke berbagai bagian tubuh. Arteri-arteri ini bercabang dan beranting lebih kecil lagi sampai dengan arteriola. Arteri-arteri ini mempunyai dinding yang sangat berotot yang menyempitkan saluran-salurannya dan menahan aliran darah. Fungsinya adalah: mempertahankan tekanan darah arteri – dan dengan jalan mengubah-ubah ukuran saluran – mengatur aliran darah dalamkapiler. Dinding kapiler sangat tipis sehingga dapat berlangsung pertukaran zat antara plasma dan jaringan interstisiil. Kemudian kapiler-kepiler ini bergabung dan membentuk pembuluh-pembuluh yang lebih besar yang disebut venula yang kemudian juga bersatu menjadi vena, untuk mengantarkan darah ke jantung. Semua vena bersatu dan bersatu lagi hingga terbentuk dua batang vena, yaitu vena kava inferior yang mengumpulkan darah dari badan dan anggota gerak bawah, dan vena kava superior yang mengumpulkan darah dari kepala dan anggota gerak atas. Kedua pembuluh ini menuangkan isinya ke dalam atrium kanan jantung.
Sistem peredaran darah kecil:
Darah dalam vena tadi kemudian masuk ke dalam ventrikel kanan yang berkontraksi dan memompanya ke dalam arteri pulmonalis. Arteri ini bercabang dua untuk mengantarkan darahnya ke paru-paru kanan dan kiri. Darah tidak sukar memasuki pembuluh-pembuluh darah yang mengaliri paru-paru. Di dalam paru-paru setiap arteri membelah menjadi arteriola dan akhirnya menjadi kapiler pulmonal yang mengitari alveoli di dalam jaringan paru-paru untuk memungut oksigen dan melepaskan karbon dioksida.
Kemudian kepiler pulmonal bergabung dengan vena dan darah dikembalikan ke jantung oleh empat vena pulmonalis. Dan darahnya dituangkan ke dalam atrium kiri. Darah ini kemudian mengalir masuk ke dalam ventrikel kiri. Ventrikel ini berkontraksi dan drah dipompa masuk ke dalam aorta. Sehingga dimulai lagi peredaran darah besar.
Udema pulmonal menyertai kegagalan jantung sisi kiri. Cairan jaringan berkumpul dalam paru-paru dan paru-paru ini menjadi berfungsi lemah. Udema pulmonal juga banyak terjadi pada pasien yang overhidrasi (mendapat cairan yang terlampau banyak), paru-paru jadi penuh air, dan ada kemungkinan ia ‘tenggelam’ dalam udema paru-parunya sendiri.
II 3. Sistem Peredaran Darah Porta
Darah dari usus, pankreas, dan limpa mengalir melalui vena porta ke hati dan dari hati melalui vena hepatika ke kava inferior. Visera dan hati menerima sekitar 30% darah yang dicurahkan oleh jantung melalui arteri seliaka, mesenterika superior, dan mesaentrika inferior. Hati menerima darah kurang lebih 1000 mL/mnt dari vena porta dan 500 mL/mnt dari arteri hepatika.
Terdapat banyak celah besar di antara sel-sel endotel dalam dinding sinusoid hati, dan sinusoid-sinusoid sangat permeabel. Cabang-cabang intrahapetik arteri hepatika dan vena porta menyatu pada sinusoid-sinoid dan mengalir ke vena lobularis di hati. Unit fungsional hati adalah asinus. Setiap asinus terletak di akhir suatu tangkai vaskular yang mengandung cabang-cabang terminal porta, arteri hepatika, dan duktus biliaris. Darah mengalir dari bagian tengah unit fungsional ini ke cabang-cabang terminal vena hepatika di perifer. Hal ini merupakan penyebab mengapa bagian sentral asinus, yang kadang-kadang disebut zona 1, mendapatkan oksigenasi baik, zona intermedia (zona 2) mendapatkan oksigenasi yang sedang, dan zona perifer (zona 3) kurang mendapat oksigen dan paling rentan terhadap cedera anoksik. Vena-vena hepatik mengalir menuju ke vena kava inferior. Asinus sering disebut dengan anggur atau arbei, yang masing-masing terletak pada tangkai vaskular. Di dalam hati manusia terdapat sekitar 100.000 asinus.
Pada manusia, tekanan vena porta pada keadaan normal adalah sekitar 10 mmHg, dan tekanan vena hepatika adalah sekitar 5 mmHg. Tekanan rerata di dalam cabang arteri hepatika yang menyatu ke dalam sinusoid adalah sekitar 90 mmHg, tetapi tekanan di dalam sinusoid telah lebih rendah daripada tekanan vena porta, sehingga dapat terjadi penurunan tekanan yang besar di sepanjang arteriol-arteriol hati.penurunan ini mengalami penyesuaian sehingga terjadi hubungan terbalik antara aliran darah arteri hepatika dan vena porta. Hubungan terbalik ini diperkirakan dipertahankan sebagian oleh kecepatan pengeluaran adenosin dari daerah di sekitar arteriol.
Sebagian besar curah jantung mengalir melalui pembuluh-pembuluh usus dan melalui lien, akhirnya berjalan ke dalam sistem vena porta dan kemudian melalui hati. Ini disebut sistem siklus porta, apabila ditambah dengan aliran darah arteri ke hati, disebut sirkulasi splanknikus.
Kira-kira 1100 ml darah portal memasuki hati tiap menit. Ini mengalir melalui sinus heptikus yang berhubungan erat dengan rangkaian sel-sel parenkim hepar. Kemudian ia memasuki vena sentralis, hati dan dari sini mengalir ke dalam vena kava.
Di samping aliran darah portal, kira-kira 350 ml darah mengalir ke dalam hati tiap menit melalui arteria hepatika, sehingga membuat aliran hepar total hampir sebesar 1500 ml per menit atau rata-rata 20 persen curah jantung total.
Darah dari lambung, usus, pankreas, dan limpa dikumpulkan oleh vena porta (pembuluh gerbang). Didalam hati vena ini membelah diri kedalam sistem kapiler dan kemudian bersatu dengan kapiler-kapiler arteria hepatika. Arteri ini mengantarkan darah dari aorta ke hati dan menjelajahi seluruh organ ini. Persediaan darah ganda ini dikumpulkan oleh sebuah vena yang bersatu untuk membentuk vena hepatika. Vena ini mengantarkan darahnya ke vena kava inferior dan kemudian ke jantung. Bendungan (obstruksi) portal dapat terjadi apabila satu atau beberapa cabang vena portal terbendung misalnya karena ada cedera parah pada hati atau beberapa keadaan pada peradangan hepar. Bila ostruksi ini parah, dapat diikuti komplikasi asites, yakni penimbunan cairan berlebih dalam rongga peritonium.
Tiga per empat darah melalui hati berasal dari aliran darah portal ke dalam hati tersebut; aliran ini diatur oleh berbagai faktor yang menentukan aliran melalui traktus gastrointestinalis dan lien.
Sepertempat aliran darah lainnya berasal dari arteria hepatika; kecepatan alirannya terutama ditentukan oleh faktor-faktor metabolik setempat didalam hati sendiri. Misalnya, penurunan oksigen di dalam darah arteria hepatika; kecepatan alirannya menyebabkan kenaikan aliran darh arteria hepatika, yang menunjukkan bahwa kebutuhan untuk memberikan bahan gizi ke jaringan hati mempunyai suatu efek vasodilatasi jantung.
Karena hati merupakan suatu organ yang dapat membesar dan mengecil, sejumlah darah dapat disimpan di dalam pembuluh-pembuluhnya. Volume darah normalnya, termasuk darah di dalam vena hepatika dan sinus hati, kira-kira 500 ml, atau 10 persen dari volume darah total. Tetapi bila tekanan tinggi di dalam atrium kanan menyebabkan tekanan ke belakang kepada hati, hati tersebut membesar, dan kadang-kadang sekitar 1 liter darah ekstra di simpan di dalam ven hepatika dan sinus hati tersebut. Ini terjadi terutama pada payah jantung bendungan perifer.
Jadi, sebenarya hati merupakan suatu organ vena besar yang dapat diperluas dan mampu bekerja sebagai tempat penyimpanan darah yang berguna bila ada volume darah berlebih dan dapat memberikan darah ekstra pada saat berkurangnya volume darah.
Darah yang mengalir melalui kapler usus banyak membawa bakteri usus. Sebenarnya, suatu contoh darah dari sistem portal hampir selalu menumbuhkan basil kolon bila dibiakkan, sedangkan pertumbuhan basil kolon dari darah di dalam sirkulasi sistemik sangat jarang sekali. Gambar khusus kecepatan tinggi mengenai kerja sel-sel Kupffer, sel fagosit besar yang melapisi sinus hati, telah memperlihatkan bahwa sel-sel ini dapat membersihkan darah dengan sangat efisien ketika ia mengalir melalui sinus tersebut, bila suatu bakteri menyentuh sebuah sel kupffer untuk sebentar saja, dalam waktu kurang dari 0,01 detik bakteri tersebut masuk ke dalam dinding sel kupffer untuk disimpan secara permanan di dalam sana sampai ia dicernakan. Mungkin tidak lebih dari 1 persen bakteri usus yang memasuki darah portal, dari usus berhasil melalui hati ke dalam sirkulasi sistemik.
Kira-kira empat perlima aliran darah portal berasal dari usus dan lambung (kira-kira 850 ml per menit), dan stu perlima sisanya berasal dari lien dan pankreas. Lebih dari dua pertiga aliran darah usus menuju ke mukosa untuk memberikan energi yang dibutuhkan bagi pembentukan sekresi usus dan untuk mengabsobir makanan yang telah dicerna.
Aliran darah di dalam traktus gastrointestinal rupanya diatur dengan cara yang hampir tepat sama seperti kebanyakan daerah tubuh lainnya; terutama oleh mekanisme pengaturan setempat. Lagi pula, aliran darah ke mukosa dan submukosa, tempat terletak kelenjar dan terjadi absorpsi, diatur secara terpisah dari aliran darah ke otot. Bila sekresi kelenjar meningkat, demikian pula aliran darah mukosa dan submukosa. Juga bila kegiatan motorik usus meningkat, aliran darah di dalam lapisan otot tersebut meningkat.
Tetapi, mekanisme tepat perubahan kegiatan gastrointestinalis mengubah aliran darah tersebut tidak diketahui sepenuhnya. Diketahui bahwa menurunnya penyediaan oksigen ke usus tersebut meningkatkan aliran darah setempat dengan cara yang sama seperti yang terjadi di bagian tubuh lainnya, sehingga pengeturan aliran darah setempat di dalam usus mungkin sepenuhnya terjadi secara sekunder terhadap perubahan kecepatan metabolik. Sebaliknya, juga diketahui bahwa berbagai hormn peptida dilepaskan dari mukosa saluran pencernaan sewaktu proses pencernaan dan bahwa ini sebaliknya merupakan vasodilatasi mukosa. Hormon yang paling terkenal adalah gastrin, sekretin,kolesistonin. Juga telah dikalim bahwa beberapa atau seluruh glandula gastrointestinalis membentuk zat bradikinin pada waktu yang sama sewaktu melepaskan sekresinya. Sebaliknya brakdikinin telah dipostulasi menyebabkan vasodilatasi mukosa. Tetapi percobaan yang menentukan belum membuktikan mekanisme ini.
Perangsangan saraf parasimpatis (nervus vagus) ke lambung dan kolon bagian bawah meningkatkan aliran darah setempat dan pada saat yang sama juga meningkatkan sekresi kelenjar. Tetapi, peningkatan aliran ini mungkin disebabkan oleh meningkatnya kegiatan kelenjar tersebut.
Perangsangan simpatis, sebaliknya, pada dasarnya mempunyai efek langsung terhadap semua pembuluh darah traktus gastrointestinalis untuk menyebabkan vasokontraksi yang hebat. Meskipun, setelah vasokontraksi berlangsung selama beberapa menit, aliran tersebut kembali ke normal atau hampir normal melalui suatu mekanisme yang disebut “autoregulatory escape”. Yaitu,mekanisme vasodilator metabolik setetmpat yang dirangsang oleh iskemia menjadi lebih kuat daripada vasokontraksi tersebut sehingga mendilatasi kembali arteriol, jadi mengembalikan aliran darah yang memberikan bahan gizi yang diperlukan ke kelenjar gastrointestinalis dan otot.
Suatu manfaat utama vasokontraksi simpatis di dalam usus adalah bahwa ia memungkinkan dikuranginya aliran darah splanknikus untuk waktu singkat selama gerak badan berat bila diperlukan peningkatan aliran darah oleh otot rangka dan jantung.
Vasekontraksi usus dan vena mesentrika yang disebabkan oleh stimulasi simpatis tidak bisa ‘keluar’. Sebaliknya, stimulasi ismpatis ang singkat ataupun yang lama menurunkan volume vena ini sehingga memindahkan sejumlah besar darah ke bagian sirkulasi lainnya. Pada syok hemoragik atau keadaan lain dengan volume darah yang rendah, mekanisme ini dapat memberikan beberapa ratus mililiter darah tambahan untuk menyokong sirkulasi umum.
Hati menimbulkan tahanan moderat terhadap aliran darah dari sistem porta ke vena kava. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam vena porta rata-rata 8 sampai 10 mmHg, jauh lebih tinggi daripada tekanan di dalam vena kava yang hampir nol. Karena tekanan vena porta yang tinggi ini, tekanan di dalam venula dan kapiler portal mempunyai kecenderungan yang lebih besar untuk meninggi abnormal daripada di tempat lain dalam tubuh.
Sering, jaringan fibrosa dalam jumlah yang sangat banyak timbul di dalam struktur hati, yang merusak banyak sel parenkim dan akhirnya berkontraksi disekitar pembuluh darah, dengan demikian sangat menghalangi aliran darah porta melaui hati tersebut. Proses penyakit ini dikenal sebagai sirosis heptis. Ia paling sering disebabkan oleh alkoholisme, tetapi ia juga dapat terjadi setelah penelanan racun seperti karbon tetraklorida, penyakit virus seperti hepatitis infeksiosa, atau proses infeksi dalam duktus biliaris.
Sistem porta juga kadang-kadang tersumbat oleh suatu bekuan besar yang timbul di dalam vena porta atau di dalam cabang-cabang utamanya. Bila sistem porta tiba-tiba tersumbat, kembalinya darah dari usus dan lien ke sirkulasi sistemik sangat terhalang, tekanan kapiler meningkat sebesar 15 sampai 20 mmHg, dan penderita tersebut sering meninggal dalam beberapa jam saja. Karena hilangnya cairan yang berlebihan dari kapiler tersebut ke dalam lumen dan dinding usus.
Asites adalah cairan bebas di dalam cavitas peritonealis. Ia disebabkan oleh eksudasi cairan baik dari permukaan hati maupun dari permukaan usus dan mesenteriumnya. Asites biasanya akan timbul bila aliran keluar darah dari hati ke dalam vena kava inferior tersumbat. Ini menyebabkan tekanan darah sangat tinggi di dalam sinusoid hati, yang sebaliknya menyebabkan cairan keluar dari permukaan hati tersebut. Cairan yang keluar hampir merupakan plasma murni, yang mengandung protein dalam jumlah sangat besar. Protein tersebut, karena ia menyebablan suatu tekanan osmotik koloid yang tinggi di dalam cairan abdomen, secara osmosis kemudian menarik cairan tambahan dari permukaan usus dan mesenterium.

Back to Top