MAKALAH TUTORIAL SISTEM RESPIRASI
“ASMA BRONKHIAL”

Disusun Oleh :
Sri dinarty N (G1B112025)
Vilda (G1B112007)
M. Eko saputra (G1B112008)
Dasmaniar (G1B112002)
Nurfitri Mardianingsih (G1B112011)
Istiqa Ridianty (G1B112012)
Deby Primadana (G1B112043)
Riskha Eldariani (G1B112021)
Refti Lestari (G1B112006)
Viski Peranika (G1B112022)
Widia Asrawi (G1B112014)
Rizki Fega Nauli.S (G1B112016)
Debri Krisnanda (G1B112027)
Novyta Meilany H (G1B112019)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S-1)
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan pada
Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmatNya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.Makalah kami berjudul “ASMA BRONKHIAL” disusun dalam
rangka tugas kelompok untuk mata kuliah Sistem Respirasi.
Dalam penyusunan makalah ini Kami
menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, untuk itu kami mengharap kritik dan
saran yang bersifat membangun dari pembaca guna melengkapi dan memperbaiki makalah
sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.
Jambi,15
September 2013
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Asma
bronkhial adalah suatu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat
yang hampir semua negara didunia, diderita oleh anak-anak sampai dewasa dengan
derajat penyakit yang ringan samapi berat bahkan dapat mengancam jiwa
seseorang. Lebih dari seratus juta penduduk diseluruh dunia menderita asma
dengan peningkatan prevalensi pada anak-anak.
Dari tahun ke tahun prevalensi penderita asma semakin meningkat. Di
Indonesia, penelitian pada anak sekolah usia 13-14 tahun dengan menggunakan
kuesioner ISAAC (International Study on Asthma and Allergy in Children)
tahun 1995 menunjukkan, prevalensi asma masih 2,1%, dan meningkat tahun 2003
menjadi dua kali lipat lebih yakni 5,2%. Kenaikan prevalensi di Inggris dan di
Australia mencapai 20-30%. National Heart, Lung and Blood Institute melaporkan
bahwa asma diderita oleh 20 juta penduduk amerika.
Asma terbukti
menurunkan kualitas hidup penderitanya. Dalam salah satu laporan di Journal
of Allergy and Clinical Immunology tahun 2003 dinyatakan bahwa dari
3.207 kasus yang diteliti, 44-51% mengalami batuk malam dalam sebulan terakhir.
Bahkan 28,3% penderita mengaku terganggu tidurnya paling tidak sekali dalam
seminggu. Penderita yang mengaku mengalami keterbatasan dalam berekreasi atau
olahraga sebanyak 52,7%, aktivitas sosial 38%, aktivitas fisik 44,1%, cara
hidup 37,1%, pemilihan karier 37,9%, dan pekerjaan rumah tangga 32,6%. Absen
dari sekolah maupun pekerjaan dalam 12 bulan terakhir dialami oleh 36,5% anak
dan 26,5% orang dewasa. Selain itu, total biaya pengobatan untuk asma di USA
sekitar 10 milyar dollar per tahun dengan pengeluaran terbesar untuk ruang
emergensi dan perawatan di rumah sakit. Oleh karena itu, terapi efektif untuk
penderita asma berat sangat dibutuhkan.
1.2
Rumusan
Masalah
1. apa
defenisi dari asma bronkhial ?
2. mengapa
seseorang bisa menderita asma brokhial ?
3. bagaimana
tanda dan gejaja asma bronkhial ?
4. bagaimana
penatalaksaannya asma bronkhial ?
1.3
Tujuan
Memberikan
penjelasan pada pembaca agar mengetahui dan memahami tentang, definisi Asma bronkhial, etiologi Asma bronkhial, Patofisiologi
Asma bronkhial, manifestassi klinik Asma bronkhial, komplikasi asma bronkhial, Penatalaksanaan
Asma bronkhial, serta Asuhan Keperawatan
yang harus di berikan kepada klien dengan penyakit Asma bronkhial.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Defenisi Asma Bronkhial
Asma bronkial adalah
penyempitan bronkus yang bersifat reversibel yang terjadi oleh karena bronkus
yang hiperaktif mengalami kontaminasi dengan
antigen. Autopsi yang
dilakukan pada penderita yang mati karena asma yang menjadi masalah pokok
adalah bukan saja bronkospasme dari otot, akan tetapi juga adanya edema dan
penuhnya mukus di intraluminal dari bronkus yang menyebabkan jalan napas
menjadi tersumbat. Dari pemeriksaan mukus yang di perlihatkan banyak eosinofil,
sement ara itu limfosit T dan sel epitel telah mengalami kerusakan.
Ternyata bukan eosinofil
saja yang berperan dalam asma (bukan hanya sekedar proses alergi), akan tetapi
konsep asma sendiri mengalami perubahan, bukan hanya sekedar bronkospasme, akan
tetapi interaksi berbagai faktor imunologi yang abnormal. Berbagai mediator di
bebaskan dari berbagai sel yang berperan dalam proses immunologi dan fase
terakhir mekanisme neural yang memegang peranan penting dalam terjadinya spasme
otot bronkus. (Dr. H. Tabrani Rab).
Asma
Bronkial adalah penyakit pernafasan obstruktif yang ditandai oleh spame akut
otot p4olos bronkiolus. Hal ini menyebabkan obsktrusi aliran udara dan
penurunan ventilasi alveolus ( Huddak & Gallo, 1997 ). Asma adalah penyakit
jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronchi berespon
dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu ( Smeltzer, 2002 : 611). Asma adalah obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel, terjadi ketika
bronkus mengalami inflamasi/peradangan dan hiperresponsif. (Reeves, 2001 : 48)
2.2
Anatomi
Fisiologi Sistem Pernafasan
Saluran penghantar udara hingga
mencapai paru-paru adalah hidung, farinx, larinx, trachea, bronkus, dan
bronkiolus.
Hidung
Nares
anterior adalah saluran-saluran di dalam rongga hidung. Saluran-saluran itu
bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum. Rongga hidung
dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah, dan
bersambung dengan lapisan farinx dan dengan selaput lendir sinus yang mempunyai
lubang masuk ke dalam rongga hidung. Septum nasi memisahkan kedua cavum nasi.
Struktur ini tipis terdiri dari tulang dan tulang rawan, sering membengkok
kesatu sisi atau sisi yang lain, dan dilapisi oleh kedua sisinya dengan membran
mukosa. Dinding lateral cavum nasi dibentuk oleh sebagian maxilla, palatinus,
dan os. Sphenoidale. Tulang lengkung yang halus dan melekat pada dinding
lateral dan menonjol ke cavum nasi adalah : conchae superior, media, dan
inferior. Tulang-tulang ini dilapisi oleh membrane mukosa.
Dasar cavum nasi dibentuk oleh os
frontale dan os palatinus sedangkan atap cavum nasi adalah celah sempit yang
dibentuk oleh os frontale dan os sphenoidale. Membrana mukosa olfaktorius, pada
bagian atap dan bagian cavum nasi yang berdekatan, mengandung sel saraf khusus
yang mendeteksi bau. Dari sel-sel ini serat saraf melewati lamina cribriformis
os frontale dan kedalam bulbus olfaktorius nervus cranialis I olfaktorius.
Sinus paranasalis adalah ruang dalam tengkorak yang berhubungan melalui lubang kedalam cavum nasi, sinus ini dilapisi oleh membrana mukosa yang bersambungan dengan cavum nasi. Lubang yang membuka kedalam cavum nasi :
Sinus paranasalis adalah ruang dalam tengkorak yang berhubungan melalui lubang kedalam cavum nasi, sinus ini dilapisi oleh membrana mukosa yang bersambungan dengan cavum nasi. Lubang yang membuka kedalam cavum nasi :
1.
Lubang hidung
2.
Sinus Sphenoidalis, diatas concha superior
3.
Sinus ethmoidalis, oleh beberapa lubang diantara concha
superior dan media dan diantara concha media dan inferior
4.
Sinus frontalis, diantara concha media dan superior
5.
Ductus nasolacrimalis, dibawah concha inferior.
Pada bagian belakang, cavum nasi membuka kedalam nasofaring melalui appertura nasalis posterior.
Pada bagian belakang, cavum nasi membuka kedalam nasofaring melalui appertura nasalis posterior.
Faring (tekak)
Faring adalah pipa berotot yang
berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan oesopagus pada
ketinggian tulang rawan krikoid. Maka letaknya di belakang larinx
(larinx-faringeal). Orofaring adalah bagian dari faring merrupakan gabungan
sistem respirasi dan pencernaan.
Laring (tenggorok)
Terletak pada garis tengah bagian
depan leher, sebelah dalam kulit, glandula tyroidea, dan beberapa otot kecila,
dan didepan laringofaring dan bagian atas esopagus. Laring merupakan struktur
yang lengkap terdiri atas:
1. cartilago yaitu cartilago thyroidea,
epiglottis, cartilago cricoidea, dan 2 cartilago arytenoidea
2. Membarana yaitu menghubungkan
cartilago satu sama lain dan dengan os. Hyoideum, membrana mukosa, plika
vokalis, dan otot yang bekerja pada plica vokalis Cartilago tyroidea à
berbentuk V, dengan V menonjol kedepan leher sebagai jakun. Ujung batas
posterior diatas adalah cornu superior, penonjolan tempat melekatnya ligamen
thyrohyoideum, dan dibawah adalah cornu yang lebih kecil tempat beratikulasi
dengan bagian luar cartilago cricoidea.Membrana Tyroide à mengubungkan batas
atas dan cornu superior ke os hyoideum. Membrana cricothyroideum à
menghubungkan batas bawah dengan cartilago cricoidea.
Epiglottis
Cartilago yang berbentuk daun dan
menonjol keatas dibelakang dasar lidah. Epiglottis ini melekat pada bagian
belakang V cartilago thyroideum.
Plica aryepiglottica, berjalan kebelakang dari bagian samping epiglottis menuju cartilago arytenoidea, membentuk batas jalan masuk laring
Plica aryepiglottica, berjalan kebelakang dari bagian samping epiglottis menuju cartilago arytenoidea, membentuk batas jalan masuk laring
Cartilago cricoidea
Cartilago berbentuk cincin signet
dengan bagian yang besar dibelakang. Terletak dibawah cartilago tyroidea,
dihubungkan dengan cartilago tersebut oleh membrane cricotyroidea. Cornu
inferior cartilago thyroidea berartikulasi dengan cartilago tyroidea pada
setiap sisi. Membrana cricottracheale menghubungkan batas bawahnya dengan
cincin trachea I
Cartilago arytenoidea
Dua cartilago kecil berbentuk
piramid yang terletak pada basis cartilago cricoidea. Plica vokalis pada tiap
sisi melekat dibagian posterio sudut piramid yang menonjol kedepan
Membrana mukosa
Laring sebagian besar dilapisi oleh
epitel respiratorius, terdiri dari sel-sel silinder yang bersilia. Plica
vocalis dilapisi oleh epitel skuamosa.
Plica vokalis
Plica vocalis adalah dua lembar
membrana mukosa tipis yang terletak di atas ligamenturn vocale, dua pita
fibrosa yang teregang di antara bagian dalam cartilago thyroidea di bagian
depan dan cartilago arytenoidea di bagian belakang.
Plica vocalis palsu adalah dua lipatan. membrana mukosa tepat di atas plica vocalis sejati. Bagian ini tidak terlibat dalarn produksi suara.
Plica vocalis palsu adalah dua lipatan. membrana mukosa tepat di atas plica vocalis sejati. Bagian ini tidak terlibat dalarn produksi suara.
Otot
Otot-otot kecil yang melekat pada
cartilago arytenoidea, cricoidea, dan thyroidea, yang dengan kontraksi dan
relaksasi dapat mendekatkan dan memisahkan plica vocalis. Otot-otot tersebut
diinervasi oleh nervus cranialis X (vagus).
Respirasi
Selama respirasi tenang, plica
vocalis ditahan agak berjauhan sehingga udara dapat keluar-masuk. Selama
respirasi kuat, plica vocalis terpisah lebar.
Fonasi
Suara dihasilkan olch vibrasi plica
vocalis selama ekspirasi. Suara yang dihasilkan dimodifikasi oleh gerakan
palaturn molle, pipi, lidah, dan bibir, dan resonansi tertentu oleh sinus udara
cranialis
Gambaran klinis
·
Laring dapat tersumbat oleh:
·
benda asing, misalnya gumpalan makanan, mainan kecil
·
pembengkakan membrana mukosa, misalnya setelah mengisap uap
atau pada reaksi alergi,
·
infeksi, misalnya difteri,
·
tumor, misalnya kanker pita suara.
Trachea atau batang tenggorok
Adalah tabung fleksibel dengan
panjang kira-kira 10 cm dengan lebar 2,5 cm. trachea berjalan dari cartilago
cricoidea kebawah pada bagian depan leher dan dibelakang manubrium sterni,
berakhir setinggi angulus sternalis (taut manubrium dengan corpus sterni) atau
sampai kira-kira ketinggian vertebrata torakalis kelima dan di tempat ini
bercabang mcnjadi dua bronckus (bronchi). Trachea tersusun atas 16 – 20
lingkaran tak- lengkap yang berupan cincin tulang rawan yang diikat bersama
oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran disebelah belakang trachea,
selain itu juga membuat beberapa jaringan otot.
Bronchus
Bronchus yang terbentuk dari belahan
dua trachea pada ketinggian kira-kira vertebrata torakalis kelima, mempunyai
struktur serupa dengan trachea dan dilapisi oleh.jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus
itu berjalan ke bawah dan kesamping ke arah tampuk paru. Bronckus kanan lebih
pendek dan lebih lebar, dan lebih vertikal daripada yang kiri, sedikit lebih
tinggi darl arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di
bawah arteri, disebut bronckus lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan
lebih langsing dari yang kanan, dan berjalan di bawah arteri pulmonalis
sebelurn di belah menjadi beberapa cabang yang berjalan kelobus atas dan bawah.Cabang
utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronchus lobaris dan
kernudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi
bronchus yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronkhiolus
terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantong
udara). Bronkhiolus terminalis memiliki garis tengah kurang lebih I mm.
Bronkhiolus tidak diperkuat oleh
cincin tulang rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya
dapat berubah. Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkbiolus
terminalis disebut saluran penghantar udara karena fungsi utamanya adalah
sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru.
Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus dan respiratorius yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveoilis dan sakus alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru, asinus atau.kadang disebut lobolus primer memiliki tangan kira-kira 0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat sekitar 20 kali percabangan mulai dari trachea sampai Sakus Alveolaris. Alveolus dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn.
Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus dan respiratorius yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveoilis dan sakus alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru, asinus atau.kadang disebut lobolus primer memiliki tangan kira-kira 0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat sekitar 20 kali percabangan mulai dari trachea sampai Sakus Alveolaris. Alveolus dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn.
Paru-Paru
Paru-paru
terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan kanan. Paru-paru memilki :
1. Apeks, Apeks paru meluas kedalam
leher sekitar 2,5 cm diatas calvicula
2. permukaan costo vertebra, menempel
pada bagian dalam dinding dada
3. permukaan mediastinal, menempel pada
perikardium dan jantung.
4. Basis, Terletak pada diafragma.
Paru-paru juga dilapisi oleh pleura
yaitu parietal pleura dan visceral pleura. Di dalam rongga pleura terdapat
cairan surfaktan yang berfungsi untuk lubrikasi. Paru kanan dibagi atas tiga
lobus yaitu lobus superior, medius dan inferior sedangkan paru kiri dibagi dua
lobus yaitu lobus superior dan inferior. Tiap lobus dibungkus oleh jaringan
elastik yang mengandung pembuluh limfe, arteriola, venula, bronchial venula,
ductus alveolar, sakkus alveolar dan alveoli. Diperkirakan bahwa stiap
paru-paru mengandung 150 juta alveoli, sehingga mempunyai permukaan yang cukup
luas untuk tempat permukaan/pertukaran gas.
2.1 Etiologi
Asma Bronkhial
Ada beberapa hal yang merupakan faktor
predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan Asma Brokhial.
1.
Faktor predisposisi
a.
Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat
alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas.
Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga
menderrita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat
mudah terkena penyakti asma brokhial jika terpapar dengan faktor pencetus.
Selain itu hipersensitifitas saluran pernapasannya juga bisa ditururnkan.
2.
Faktor presipitasi
a.
Alergen
Dimana
alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1)
Inhalan, yang masuk melalui saluran
pernapasan misalnya debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri,
dan polusi.
2)
Ingestan, yang masuk melalui mulut
misalnya makanan dan obat-obatan.
3)
Kontaktan, yang masuk melalui kontak
dengan kulit misalnya perhiasan, logam dan jam tangan.
b.
Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan
yang dingin sering mempengaruh asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan
faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan
dengan musim, seperti musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan
dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
c.
Stress
Stress atau gangguan emosi dapat
menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma
yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati
penderita asma yang mengalami stress atau gangguan emosi perlu diberi nasehat
untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi
makan gejala asmanya belum bisa diobati.
d.
Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan lansung dengan
sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja.
Misalnya ornag yang bekerja dilaboratorium hewan, industri tekstil, pabrik
asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
e.
Olah raga atau aktivitas jasmani
yang berat
Sebagian besar penderita asma akan
mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau olah raga yang berat.
Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena
aktivitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktivitas tersebut.
f.
Infeksi terutama oleh virus
g.
Penyakit tertentu yang memperberat :
infeksi hidung (sinusitis).
h.
Asap rokok
2.3
Manifestasi
Klinis Asma Bronkhial
Gejala-gejala
umum
1.
Batuk
2.
Dispnea
3.
Mengi/wheezing
Serangan asma
1.
Seringkali terjadi pada malam hari
2.
Mulai serangan mendadak dengan batuk
dan sensasi sesak dada
3.
Pernapasan lambat, lobarius, mengi
4.
Ekspirasi lebih kuat dan lama dari
inspirasi
5.
Obstruksi jalan napas membuat
sensasi dispnea
6.
Batuk sulit dan kering pada awalnya
diikuti dengan batuk yang lebih kuat dengan sputum yang berbeda dari lendir
encer.
7.
Total serangan dapat berlansung
selama 30 menit sampai beberapa jam dan dapat menghilang secara spontan.
Tanda-tanda
lanjut :
1.
Sianosis sekunder akibat hipoksia
berat
2.
Gejala-gejala retensi karbon
monoksida (misalnya: berkeringat, takikardia, dan desakan nadi melebar)
Reaksi yang berhubungan :
1.
Eksem
2.
Urtikaria
3.
Edema angioneurotik
2.4
Klasifikasi
Asma Bronkhial
1. Ekstrinsik
(alergik).
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus
yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan
(antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan
dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika
ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan
terjadi serangan asma ekstrinsik.
2. Intrinsik
(non alergik).
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus
yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga
disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini
menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat
berkembang menjadi bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan
mengalami asma gabungan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk
alergik dan non-alergik.
2.5
Phatofisilogi
Asma Bronkhial
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkana sukar bernapas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhiolus terhadap benda-benda asing diudara. Reaksi yang timbul pada asma
tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk
sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan
reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody
ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang
berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil.
Bila seseorang menghirup
alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan
antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan
mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang
bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), factor kemotaktik eosinofilik dan
bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema
lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam
lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan
tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat.
Pada asma,
diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi dari pada selama inspirasi
karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian luar
bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan
selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi
berat terutama selama ekspirasi.
Pada penderita
asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi
sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu
fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma
akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal
ini bisa menyebabkan barrel chest ( bagan phatofisiologi asma bronkial
terlampir).
2.7
Pemeriksaan Diagnostik
a.
Pemeriksaan sputum
-
Netrofil dan eosinofil yang terdapat
pada sputum umunya bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan
kadang-kadang terdapat mukus plug.
b.
Pemeriksaan darah
-
Analisis gas darah umumnya normal,
akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia atau asidosis.
-
Kadang terdapat peningkatan SGOT
dan LDH
-
Hiponatremia dan kadar leukosit
kadang diatas 15.000/mm3
-
Terjadi peningkatan IGE pada waktu
serangan
-
Terjadi peningkatan eosinofil
c.
Pemeriksaan radiologi
-
Gambaran radiologi pada asma
umunya normal. Pada waktu serangan akan meunjukan gambaran hiperinflasi pada
paru-paru, yakni radiolusen yang bertambah dan pelebaran rongga intercostal,
serta diafragma yang menurun.
d.
Uji tusuk kulit (prick test)
-
Pemeriksaan pada kulit dilakukan
untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergan yang dapat menimbulkan
reaksi yang positif pada asma.
e.
Pemeriksaan spinometri
-
Pemeriksaan ini dilakukan sebelum
dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol golongan adrenergik. Peningkatan
FEV atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma.
f.
Tes provokasi bronkhial
-
Dilakukan jika pemeriksaan
spinometri internal. Penurunan FEV, sebesar 20% atau lebih setelah tes
provokasi dan denyut jantung 80-90 % dari maksimum di anggap bermakna bila
menimbulkan penurunan PEFR 10 % atau lebih.
g.
Scanning paru
-
Dengan scanning paru melalui
inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak
menyeluruh pada paru-paru.
2.8
Komplikasi
Berbagai komplikasi yang
mungkin timbul adalah :
1.
gagal napas
2.
atelektasis
3.
pneumothorak
4.
emfisema
5.
hipoksemia
6.
status asmatikus
7.
deformitas thoraks
8.
PPOK
2.9
Penatalaksanaan
Asma Bronkhial
a. usaha
pencegahan
-
usaha menghindari faktor pencetus
-
imunoterapi : hanya pada kasus
tertentu. Alergen secara periodik dimulai dari dosis kecil, kemudian
ditingkatkan dengan tujuan menimbulkan kekebalan terhadap alergen pencetus
serangan.
b.
Obat-obatan untuk pencegahan
-
Korti kosteroid, tipikal yang
mempunyai manfaat anti inflamasi yang kuat.
-
Kromolin, Kromolin
merupakan obat pencegah asthma, khususnya anak-anak . Dosisnya berkisar 1-2
kapsul empat kali sehari. bekerja menstabilkan sel mast dan
mengurangi pelepasan mediator penyebab bronkospasme.
-
Cetotiven, mempunyai efek menghambat
pelepasan mediator dari sel mast dan efek profilaksi pada asma ekstrinsik
terutama pada anak.
c.
Pengobatan pada serangan asma
-
bronkodilator, obat pelega,
melebarkan jalan napas terutama dengan jalan merelaksasikan otot polos bronkus,
contohnya antagonis beta 2, metilkantin, anti kolinergik
-
kortikosteroid, Jika
agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon yang baik, harus diberikan
kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol ( beclometason dipropinate )
dengan disis 800 empat kali semprot tiap hari. Karena pemberian steroid
yang lama mempunyai efek samping maka yang mendapat steroid jangka lama harus
diawasi dengan ketat.
-
anti biotik, bila ada infeksi
-
terapi cairan melalui infus
-
terapi oksigen : 2-4 L/menit.
-
Fisioterapi dada dan terapi intalasi
-
Metil santin, Golongan
metil xantin adalan aminophilin dan teopilin, obat ini diberikan bila golongan
beta agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan. Pada orang dewasa diberikan
125-200 mg empatkali sehari.
STUDI KASUS
Seorang
anak berusia 17 tahun, tinggal dijalan Abdul Khatab RT 13 Jambi Selatan, suku
bangsa melayu, agama islam, masuk rumah sakit pada tanggal 8 September 2013, jam 08:00 wib, alasan masuk rumah sakit
dengan keluhan sesak napas sejak tadi malam, klien mengatakan sudah mengindap
asma sejak umur 7 tahun, klien mengatakan asmanya sering kambuh jika udara
dingin, klien mengatakan tidak ada nafsu makan, klien juga mengatakan BB
menurun kira-kira 8 Kg, klien juga mengatakan batuk dan rasa sesak dalam dada
disertai dengan pernapasan lambat, mengi, dari hasil pemeriksaan didapatkan
data TD 130/90 mmHg, nadi 110x/menit, suhu 37 C, RR 36x/menit , mengi +, batuk
+, sianosis, takikardia, gelisah, dan pada saat bernapas klien menggunakan otot
bantu pernapasan tambahan, porsi yang diberikan tidak habis, dispnea, bingung,
gelisah, dari hasil leb didapatkan po2 meningkat, pCo2 menurun.
2.10
Asuhan
Keperawatan
Pengkajian
a. Data
Umum
Tanggal
MRS: 8 September 2013, jam 08.00 wib, diagnosis masuk: asma bronkhial.
b. Data
Demografi
An.
Usia 17 tahun, suku melayu, agama Islam, alamat jalan Abdul Khatab RT 13 Jambi
Selatan
c. Riwayat
Keperawatan
Keluhan
utama: “sesak napas sejak tadi malam”
Riwayat
Penyakit dahulu: mengidap asma semenjak umur 7 tahun
Riwayat
Penyakit Sekarang: klien mengatakan asmanya sering kambuh jika udara dingin,
klien juga mengatakan batuk dan rasa sesak di dalam dada.
d. Data
dasar pengkajian klien
v Aktivitas/istirahat
-
Gejala: Dispnea (sesak
napas)
-
Tanda: Gelisah, bingung
v Sirkulasi
-
Gejala: Takikardia
-
Tanda: nadi 110 X/i,
TD130/90
v Makanan/cairan
-
Gejala : anoreksia
-
Tanda : penurunan barad
badan kira-kira 8 kg
v Pernapasan
-
Gejala : dispnia
-
Tanda : batuk, rasa
sesak dalam dada,pernapasanlambat, mengi, RR 36 X/I, Sianosis, menggunakan otot
bantu pernapasan.
v Keamanan
-
Gejala : riwayat reaksi
terhadap udara dingin.
v Pemeriksaan
penunjang
-
PO2 Meningkat
-
PCO2 menurun
ANALISA
DATA
No
|
Data
|
Penyebab
|
Masalah
|
1.
|
DS :
-
klien mengatakan
sesak tadi malam
-
klien mengatakan
batuk dan rasa sesak dalam dada dan pernapasan lambat
DO :
-
RR 36x/i
-
Mengi +(positif)
-
Batuk +(positif)
-
Penggunaan otot bantu
pernapasan tambahan
|
Bronkospasme
(
kontraksi spasme saluran nafas)
|
Ketidakefektifan bersihan jalan napas
|
2.
|
DS :
-
Klien mengatakan
tidak nafsu makan, dan BB menurun kira-kira 8 Kg
DO :
-
Porsi diberikan tidak
habis
|
Intake(substansi) yang tidak adekuat
|
Ketidakefektifan pola napas
|
3.
|
DS :
-
Mengatakan asma klien
sering kambuh jika udara dingin
DO :
-
Penggunaan otot bantu
pernapasan tambahan.
-
RR 36x/menit
-
pO2 meningkat
-
pCO2
menurun
-
Dispnea
-
Sianosis
|
Penurunan ekspansi(proses peningkatan luas) paru
|
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan
bersihan jalan napas yang berdasarkan dengan bronkospasme.
2. Ketidakefektifan
pola napas yang berdasarkan dengan
penurunan ekspansi paru
3. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berdasarkan dengan intake yang tidak
adekuat.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Asma bronkial adalah
penyempitan bronkus yang bersifat reversibel yang terjadi oleh karena bronkus
yang hiperaktif mengalami kontaminasi dengan
antigen. Autopsi yang
dilakukan pada penderita yang mati karena asma yang menjadi masalah pokok
adalah bukan saja bronkospasme dari otot, akan tetapi juga adanya edema dan
penuhnya mukus di intraluminal dari bronkus yang menyebabkan jalan napas
menjadi tersumbat. Dari pemeriksaan mukus yang di perlihatkan banyak eosinofil,
sementara itu limfosit T dan sel epitel telah mengalami kerusakan.
Ternyata bukan eosinofil
saja yang berperan dalam asma (bukan hanya sekedar proses alergi), akan tetapi
konsep asma sendiri mengalami perubahan, bukan hanya sekedar bronkospasme, akan
tetapi interaksi berbagai faktor imunologi yang abnormal. Berbagai mediator di
bebaskan dari berbagai sel yang berperan dalam proses immunologi dan fase
terakhir mekanisme neural yang memegang peranan penting dalam terjadinya spasme
otot bronkus. (Dr. H. Tabrani Rab).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim a 2011. Askep Pasien Dengan Asma Bronkhial. http://www.makalahkepperawatanrizfalda.blogspot.com/2011/10/askep-pasien-dengan-asma-bronkhial.html
(Diakses 02
januari 2013).
Doenges, Marilynn E. Dkk. 1999. Rencana asuhan keperawatan edisi 3. Jakarta: Buku Kedokteran.
Muscari, Mary E. 2001. Keperawatan Peditrik. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Rohmah, Nikmatur dkk. 2012. Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi. Jogjakarta: Katalog dalam
terbitan
Sumantri, irman. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Pernafasa. Jakarta
: Salemba Medica
Lampiran
1. Klarifikasi
masalah
a. Takikardia==
denyut jantung abnormal dimana penderita asma memiliki denyut jantung lebih
dari seratus
b. Mengi==
bunyi yg dihasilkan dari penyempitan saluran pernapasan
c. Sianosis==
membrane mukosa atau kulit yang berwarna keabuan akibat dari kekurangan oksigen
dalam darah
d. Dispnea==
sesk napas
e. PO2==tekanan
gas oksigen didalam paru-paru
f. Gelisah==
perasaaan ketidak nyamanan yang dirakan oleh tubuh
g. Bingung==
salah satu menurunnya kesadaran dikarenakan kekurangan oksigen
h. PCO2==
tekanan gas karbondioksida dalam paru-paru
2. Step
2 ; pertanyaan masalah
a. Mengapa
pasien mengalami takikardia?
b. Mengapa
pasien merasakan sesak napas dan pernapasan lambat?
c. Mengapa
klien menggunakan otot bantu napas tambahan?
d. Mengapa
tekanan nadi pasien 110 kali/menit, apakah itu normal?
e. Apa
penyebab meningkatnya PO2 dan menurunnya PCO2
f. Mengapa
pasien asmanya kambuh jika udaraya dingin?
g. Mengapa
pasien sesak napas menjadi mengik?
h. Apa
penyebab tekanan darah 130/90 apakah itu normal?
i.
Mengapa berat badan
pasien menurun kurang lebih 8kg
j.
Kenapa RR 36 kali/menit
dan kenapa timbul sianosis?
k. Mengapa
pasien mengalami bingung dan gelisah?
l.
Kenapa pasien
mengatakan tidak ada nafsu makan?
menjawab pertanyaan
1. Takikardia
adalah kecepatan jantung yang lebih besar (lebih cepat) dari 100 denyut/menit.
2. Pada
saat inspirasi pasien bernapas normal ekspirasinya lambat karena ada
penyumbatan di saluran pernapasan membantu pengeluaran secret yang timbul
3. Mengalami
takikardia (nadi lebih dari 100kali/menit),, tidak normal
4. Pasien
mengalami sesak napas sehingga nafsu makan berkurang
5. Karena terjadi penyempitan pada saluran pernapasan
sehingga menggunakan otot bantu pernapasan
6. Gelisah
dikarenakan pasien kesulitan bernapas sehingga menggunakan otot bantu
pernapasan
7. Ketika
seseorang terserang asma,jalan nafas yang terganggu akan menyebabkan paru-paru mereka mengambang akibat proses
bernafas yang berat.pengembangan paru-paru ini memaksa diafragma menekan perut.tekanan pada perut akan
menyebabkan seseorang pendertita asma
lebih gampang merasa kenyang dan tidak nyaman untuk memakan terlalu banyak.
8. Karena
udara keluar dari saluran pernapasan yang tersumbat sehingga udara keluar dari
saluran pernapasan dan menimbulkan bunyi mengi biasanya terjadi pada saat
ekspirasi
9. Karena
dalam udara dingin dapat memicu stress dan kecemasan, stress dan kecemasan juga
dapat memicu dilepaskannya histamine dan leukotrien yang menyebabkan
penyempitan saluran udara di udara dingin
10. karena kerja pernapasan meningkat akibat peningkatan produksi
c02 nantinya akan memicu reaksi hiperventilasi (bernapas secara berlebihan
karena kecemasan atau gangguan emosi atau karena suhu badan yang meninggi)
sehingga akan berakibat pada peningkatan oksigen.
11. Gelisah
pada pasien dikarenakan ketika seseorang mengalami sesak nafas , berusaha untuk
menghirup udara (O2) sebanyak-banyaknya hal inilah yang menyebabkan pasien merasa
gelisah. Bingung atau menurunnya kesadaran pada pasien dikarenakan pasien
kekurangan oksigen dalam organ-organ tubuh, sehingga otak tidak bekerja dengan
baik.
12. Tekanan
darah tidak normal dikarenakan suplay oksigen yang ada dalam darah yang dipompa
oleh jantung sangat rendah. Sehingga
jantung bekerja lebih cepat untuk menghasilkan darah yang memiliki
suplay oksigen yang cukup.
Tambahan
1. Karena
takikardia respon terhadap stress emosional/fisik seperti kegairahan, olahraga,
sakit, cemas dan demam dan pemakaian kafein dan tembakau . Contoh nya rokok
2. pasien
merasa tercekik dan harus berdiri atau duduk , berusaha penuh mengerahkan
tenaga untuk bernapas.
3. pada
orang yang alergi udara dingin, memicu reaksi tubuh yang dilepaskan histamine
dan leukotrin sehingga menyebabkan terjadinya penyempitan udara selain dingin, faktor penyebab asma yakni
alergi debu, parfum, serbuk bunga, obat-obatan, genetic, dll.
3. Step
3; analisa masalah
Asma bronchial
4. Step 4
Hipotesa
a. Definisi
asma
b. Penyebab
asma
c. Gejala
asma
d. Patofisiologi
asma
e. Pemicu
terjadinya penyakit asma
f. Apa
cirri-ciri asma bronchial
g. Apa
komplikasi asma bronchial
h. Askep
asma bronchial
Jawaban
a.
Asma adalah penyakit
pernapasan obstruktif yang ditandai oleh spame akut otot polos bronkiolus. Hal
ini menyebabkan obstruksi aliran uda dan penurunan ventilasi alveolus.
b.
Penyebabnya adalah
alergi fisik, kimia, infeksi pada saluran pernapasan
c.
Gejala asma yaitu sesak
napas, sulit menarik dan mengeluarkan napas kadang disertai dengan bunyi
mengik, batuk yang disebabkan penyempitan saluran pernapasan.
d.
Penyumbatan jalan napas
yang disebabkan oleh kontraksi otot-otot yang mengelilingi bronkus yang terjadi
dijalan napas dan pembengkakan membrane yang mengelilingi bronkus.
e.
Faktor pemicu
terjadinya asma adalah aspek genetic, kemungkinan alergi (misalnya alergi
terhadap bulu kucing), saluran napas yang memang mudah terangsang, dan polusi
udara dari luar dan dalam ruangan.
f.
1.batuk, ronchi
2.Sesak
napas berat dan dada seolah-olah tertekan
3.Dahak
lengket dan sulit untuk dikeluarkan
4.suara
nafas berat dan dada seolah-olah tertekan
5.thoraks
seperti barel chest
6.Tampak
tarikan otot sternokleidomastoideus
7.sianosis
8.BGA
Pa O2 kurang dari 80%
9.Ro
paru terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kanan dan kiri
10.Hipokapnea
dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik.
g. komplikasi
asma bronchial itu berhubungan dengan jantung dikarenakan pada kasus asma
bronchial klien mengalami tekanan nadi abnormal dimana oksigen yang ada dalam
darah yang di pompa oleh jantung memacu untuk mendapatkan oksigen.