BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pneumonia
adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru atau alveoli.
Terjadi pneumonia, khususnya pada anak, seringkali bersamaan dengan proses
infeksi akut pada bronkus, sehingga biasa di sebut dengar broncho nomonia. Gejala
penyakit tersebut adalah nafas yang cepat dan sesak karena paru-paru meradang
secara mendadak.
Pneumonia
adalah penyakit umum di semua bagian dunia. Ini adalah penyebab utama kematian
di antara semua kelompok umur. Pada anak-anak, banyak dari kematian ini terjadi
pada masa neonatus. Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa satu dari
tiga kematian bayi baru lahir disebabkan pneumonia. Lebih dari dua juta anak
balita meninggal setiap tahun di seluruh dunia. WHO juga memperkirakan bahwa
sampai dengan 1 juta ini (vaksin dicegah) kematian yang disebabkan oleh bakteri
Streptococcus''''pneumoniae, dan lebih dari 90% dari kematian ini terjadi di
negara-negara berkembang.
Pneumonia
sering terjadi pada anak usia 2 bulan – 5 tahun, pada usia dibawah 2 bulan
pneumonia berat di tandi dengan frekuensi pernafasan sebanyak 60 kali/menit
juga disertai penarikan kuat pada dinding dada sebelah bawah kedalam. Pneumonia berat ditandai dengan adanya gejala
seperti anak tidak bisa minum atau menetek, selalu memuntahkan semuanya, kejang
dan terdapat tarikan dinding dada kedalam dan suara nafas bunyi krekels (suara
nafas tambahan pada paru) saat inspirasi. Kasus terbnyak terjadi pada anak
dibawah 3 tahun dan kematian terbanyak pada bayi yang berusia kurang dari 2 bulan.
Apabila anak diklasifikasikan menderita pneumonia berat di puskesmas atau balai
pengobatan, maka anak perlu segera dirujuk setelah diberi dosis pertama
antibiotik yang sesuai.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas
masalah pneumonia, agar dapat memberikan
manfaat untuk kita semua.
1.2. Rumusan
Masalah
1. Apa itu pneumonia?
2. Bagaimana
anatomi fisiologi system respirasi ?
3. Apa saja
etiologi pneumonia?
4. Bagaimana
patofisilogi asma bronkial?
5. Bagaimana
klafikasi pneumonia ?
6. Bagaimana
penatalaksanaan pneumonia?
7. Bagaimana
diagnonis pneumonia?
8. Apa saja
komplikasi pneumonia?
9. Bagaimana
asuhan keperawatan pneumonia ?
1.3. Tujuan
A.
Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan unutuk pasien pneumonia.
B. Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengertian pneumonia.
2. Mengetahui bagaimana anatomi dan
isiologi pneumonia.
3. Mengetahui etiologi
pneumonia.
4. Mengetahui patofisilogi
pneumonia.
5. Mengetahui klasifikasi pneumonia..
6. Mengetahui
penatalaksanaan pneumonia.
7. Mengetahui
diagnosis pneumonia.
8. Mengetahui
komplikasi pneumona.
9. Mengrtahui
asuhan keperawatan pneumonia.
1.4. Manfaat
A.
Bagi Penulis
Penulis
dapat mengetahui secara dalam mengenai pneumonia dan dapat mengetahui asuhan
keperawatan nya.
B.
Bagi Lingkungan
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Defenisi
Pneumonia
Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang
dicirikan dengan adanya konsolidasi akibat
eksudat yang masuk dalam area alveoli. (Axton & Fugate, 1993).
Pneumonia
adalah peradangan parenkim paru
dimana asinus terisi dengan cairan radang, dengan atau tanpa disertai
infiltrasi dari sel radang ke dalam interstitium, menyebabkan sekumpulan gejala
dan tanda khas biasanya dengan gambaran infiltrat sampai konsolidasi pada foto
rontgen dada. Gejala/tanda tersebut antara lain, demam, sesak napas, batuk
dengan dahak purulen kadang disertai darah dan nyeri dada (anonim a
2012)
Pneumonia
adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang. Kantung-kantung kemampuan
menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh tidak
bisa bekerja. Gara-gara inilah, selain penyebaran infeksi ke seluruh tubuh,
penderita pneumonia bisa meninggal (anonim a. 2012).
Pneumonia
adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkhiolus
terminalis yang mencakup bronkhiolus respiratorius, dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan mengganggu pertukaran gas setempat.
Istilah pneumonia lazim dipakai
bila peradangan terjadi oleh proses infeksi akut yang merupakan penyebab tersering, sedangkan
istilah pneumonitis sering dipakai untuk proses non infeksi (anonim b.
2011)
Pneumonia
merupakan peradangan pada parenkim paru yang terjadi pada masa anak-anak dan
sering terjadi pada masa bayi. Penyakit ini timbul sebagai penyakit primer dan
dapat juga akibat penyakit komplikasi. (A. Aziz Alimul : 2006).
2.2
Anatomi
Fisiologi sistem pernafasan
Saluran penghantar udara hingga
mencapai paru-paru adalah hidung, farinx, larinx, trachea, bronkus, dan
bronkiolus.
Hidung
Nares anterior
adalah saluran-saluran di dalam rongga hidung. Saluran-saluran itu bermuara ke
dalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum. Rongga hidung dilapisi
sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah, dan bersambung
dengan lapisan farinx dan dengan selaput lendir sinus yang mempunyai lubang
masuk ke dalam rongga hidung. Septum nasi memisahkan kedua cavum nasi. Struktur
ini tipis terdiri dari tulang dan tulang rawan, sering membengkok kesatu sisi
atau sisi yang lain, dan dilapisi oleh kedua sisinya dengan membran mukosa.
Dinding lateral cavum nasi dibentuk oleh sebagian maxilla, palatinus, dan os.
Sphenoidale. Tulang lengkung yang halus dan melekat pada dinding lateral dan
menonjol ke cavum nasi adalah : conchae superior, media, dan inferior.
Tulang-tulang ini dilapisi oleh membrane mukosa.
Dasar cavum nasi dibentuk oleh os
frontale dan os palatinus sedangkan atap cavum nasi adalah celah sempit yang
dibentuk oleh os frontale dan os sphenoidale. Membrana mukosa olfaktorius, pada
bagian atap dan bagian cavum nasi yang berdekatan, mengandung sel saraf khusus
yang mendeteksi bau. Dari sel-sel ini serat saraf melewati lamina cribriformis
os frontale dan kedalam bulbus olfaktorius nervus cranialis I olfaktorius.
Sinus paranasalis adalah ruang dalam tengkorak yang berhubungan melalui lubang kedalam cavum nasi, sinus ini dilapisi oleh membrana mukosa yang bersambungan dengan cavum nasi. Lubang yang membuka kedalam cavum nasi :
Sinus paranasalis adalah ruang dalam tengkorak yang berhubungan melalui lubang kedalam cavum nasi, sinus ini dilapisi oleh membrana mukosa yang bersambungan dengan cavum nasi. Lubang yang membuka kedalam cavum nasi :
1.
Lubang hidung
2.
Sinus Sphenoidalis, diatas concha superior
3.
Sinus ethmoidalis, oleh beberapa lubang diantara concha
superior dan media dan diantara concha media dan inferior
4.
Sinus frontalis, diantara concha media dan superior
5.
Ductus nasolacrimalis, dibawah concha inferior.
Pada bagian belakang, cavum nasi membuka kedalam nasofaring melalui appertura nasalis posterior.
Pada bagian belakang, cavum nasi membuka kedalam nasofaring melalui appertura nasalis posterior.
Faring (tekak)
Faring adalah pipa berotot yang
berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan oesopagus pada
ketinggian tulang rawan krikoid. Maka letaknya di belakang larinx
(larinx-faringeal). Orofaring adalah bagian dari faring merrupakan gabungan
sistem respirasi dan pencernaan.
Laring (tenggorok)
Terletak pada garis tengah bagian
depan leher, sebelah dalam kulit, glandula tyroidea, dan beberapa otot kecila,
dan didepan laringofaring dan bagian atas esopagus. Laring merupakan struktur
yang lengkap terdiri atas:
1. cartilago yaitu cartilago thyroidea,
epiglottis, cartilago cricoidea, dan 2 cartilago arytenoidea
2. Membarana yaitu menghubungkan
cartilago satu sama lain dan dengan os. Hyoideum, membrana mukosa, plika
vokalis, dan otot yang bekerja pada plica vokalis Cartilago tyroidea à
berbentuk V, dengan V menonjol kedepan leher sebagai jakun. Ujung batas
posterior diatas adalah cornu superior, penonjolan tempat melekatnya ligamen
thyrohyoideum, dan dibawah adalah cornu yang lebih kecil tempat beratikulasi
dengan bagian luar cartilago cricoidea.Membrana Tyroide à mengubungkan batas
atas dan cornu superior ke os hyoideum. Membrana cricothyroideum à
menghubungkan batas bawah dengan cartilago cricoidea.
Epiglottis
Cartilago yang berbentuk daun dan
menonjol keatas dibelakang dasar lidah. Epiglottis ini melekat pada bagian
belakang V cartilago thyroideum.
Plica aryepiglottica, berjalan kebelakang dari bagian samping epiglottis menuju cartilago arytenoidea, membentuk batas jalan masuk laring
Plica aryepiglottica, berjalan kebelakang dari bagian samping epiglottis menuju cartilago arytenoidea, membentuk batas jalan masuk laring
Cartilago cricoidea
Cartilago berbentuk cincin signet
dengan bagian yang besar dibelakang. Terletak dibawah cartilago tyroidea,
dihubungkan dengan cartilago tersebut oleh membrane cricotyroidea. Cornu
inferior cartilago thyroidea berartikulasi dengan cartilago tyroidea pada
setiap sisi. Membrana cricottracheale menghubungkan batas bawahnya dengan
cincin trachea I
Cartilago arytenoidea
Dua cartilago kecil berbentuk
piramid yang terletak pada basis cartilago cricoidea. Plica vokalis pada tiap
sisi melekat dibagian posterio sudut piramid yang menonjol kedepan
Membrana mukosa
Laring sebagian besar dilapisi oleh
epitel respiratorius, terdiri dari sel-sel silinder yang bersilia. Plica
vocalis dilapisi oleh epitel skuamosa.
Plica vokalis
Plica vocalis adalah dua lembar
membrana mukosa tipis yang terletak di atas ligamenturn vocale, dua pita
fibrosa yang teregang di antara bagian dalam cartilago thyroidea di bagian
depan dan cartilago arytenoidea di bagian belakang.
Plica vocalis palsu adalah dua lipatan. membrana mukosa tepat di atas plica vocalis sejati. Bagian ini tidak terlibat dalarn produksi suara.
Plica vocalis palsu adalah dua lipatan. membrana mukosa tepat di atas plica vocalis sejati. Bagian ini tidak terlibat dalarn produksi suara.
Otot
Otot-otot kecil yang melekat pada
cartilago arytenoidea, cricoidea, dan thyroidea, yang dengan kontraksi dan relaksasi
dapat mendekatkan dan memisahkan plica vocalis. Otot-otot tersebut diinervasi
oleh nervus cranialis X (vagus).
Respirasi
Selama respirasi tenang, plica
vocalis ditahan agak berjauhan sehingga udara dapat keluar-masuk. Selama
respirasi kuat, plica vocalis terpisah lebar.
Fonasi
Suara dihasilkan olch vibrasi plica
vocalis selama ekspirasi. Suara yang dihasilkan dimodifikasi oleh gerakan
palaturn molle, pipi, lidah, dan bibir, dan resonansi tertentu oleh sinus udara
cranialis.
Gambaran klinis
·
Laring dapat tersumbat oleh:
·
benda asing, misalnya gumpalan makanan, mainan kecil
·
pembengkakan membrana mukosa, misalnya setelah mengisap uap
atau pada reaksi alergi,
·
infeksi, misalnya difteri,
·
tumor, misalnya kanker pita suara.
Trachea atau batang tenggorok
Adalah tabung fleksibel dengan
panjang kira-kira 10 cm dengan lebar 2,5 cm. trachea berjalan dari cartilago
cricoidea kebawah pada bagian depan leher dan dibelakang manubrium sterni,
berakhir setinggi angulus sternalis (taut manubrium dengan corpus sterni) atau
sampai kira-kira ketinggian vertebrata torakalis kelima dan di tempat ini
bercabang mcnjadi dua bronckus (bronchi). Trachea tersusun atas 16 – 20
lingkaran tak- lengkap yang berupan cincin tulang rawan yang diikat bersama
oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran disebelah belakang trachea,
selain itu juga membuat beberapa jaringan otot.
Bronchus
Bronchus yang terbentuk dari belahan
dua trachea pada ketinggian kira-kira vertebrata torakalis kelima, mempunyai
struktur serupa dengan trachea dan dilapisi oleh.jenis sel yang sama.
Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping ke arah tampuk paru.
Bronckus kanan lebih pendek dan lebih lebar, dan lebih vertikal daripada yang
kiri, sedikit lebih tinggi darl arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah
cabang utama lewat di bawah arteri, disebut bronckus lobus bawah. Bronkus kiri
lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan, dan berjalan di bawah arteri
pulmonalis sebelurn di belah menjadi beberapa cabang yang berjalan kelobus atas
dan bawah.Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronchus
lobaris dan kernudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus
menjadi bronchus yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya menjadi
bronkhiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung
alveoli (kantong udara). Bronkhiolus terminalis memiliki garis tengah kurang
lebih I mm.
Bronkhiolus tidak diperkuat oleh
cincin tulang rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya
dapat berubah. Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkbiolus
terminalis disebut saluran penghantar udara karena fungsi utamanya adalah
sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru.
Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus dan respiratorius yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveoilis dan sakus alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru, asinus atau.kadang disebut lobolus primer memiliki tangan kira-kira 0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat sekitar 20 kali percabangan mulai dari trachea sampai Sakus Alveolaris. Alveolus dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn.
Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus dan respiratorius yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveoilis dan sakus alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru, asinus atau.kadang disebut lobolus primer memiliki tangan kira-kira 0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat sekitar 20 kali percabangan mulai dari trachea sampai Sakus Alveolaris. Alveolus dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn.
Paru-Paru
Paru-paru
terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan kanan. Paru-paru memilki :
1. Apeks, Apeks paru meluas kedalam
leher sekitar 2,5 cm diatas calvicula
2. permukaan costo vertebra, menempel
pada bagian dalam dinding dada
3. permukaan mediastinal, menempel pada
perikardium dan jantung.
4. Basis, Terletak pada diafragma.
Paru-paru juga dilapisi oleh pleura
yaitu parietal pleura dan visceral pleura. Di dalam rongga pleura terdapat
cairan surfaktan yang berfungsi untuk lubrikasi. Paru kanan dibagi atas tiga
lobus yaitu lobus superior, medius dan inferior sedangkan paru kiri dibagi dua
lobus yaitu lobus superior dan inferior. Tiap lobus dibungkus oleh jaringan
elastik yang mengandung pembuluh limfe, arteriola, venula, bronchial venula,
ductus alveolar, sakkus alveolar dan alveoli. Diperkirakan bahwa stiap
paru-paru mengandung 150 juta alveoli, sehingga mempunyai permukaan yang cukup
luas untuk tempat permukaan/pertukaran gas.
2.3
Etiologi
Pneumonia
Pneumonia bisa diakibatkan
adanya perubahan keadaan pasien seperti gangguan kekebalan dan penyakit kronik,
polusi lingkungan, dan penggunaan antibiotik yang tidak tepat hingga
menimbulkan perubahan karakteristik pada kuman. Etiologi pneumonia berbeda-beda
pada berbagai tipe dari pneumonia, dan hal ini berdampak kepada obat yang akan
di berikan. Mikroorganisme penyebab yang tersering adalah bakteri, yang
jenisnya berbeda antar Negara, antara suatu daerah dengan daerah yang lain pada
suatu Negara, maupun bakteri yang berasal dari lingkungan rumah sakit ataupun
dari lingkungan luar. Karena itu perlu diketahui dengan baik pola kuman di suatu
tempat.
Pneumonia yang
disebabkan oleh infeksi antara lain :
1.
Bakteri
Agen penyebab pneumonia di bagi
menjadi organisme gram-positif atau gram-negatif seperti : Steptococcus
pneumonia (pneumokokus), Streptococcus piogenes, Staphylococcus aureus,
Klebsiela pneumoniae, Legionella, hemophilus influenzae.
2.
Virus
Influenzae virus, Parainfluenzae
virus, Respiratory, Syncytial adenovirus, chicken-pox (cacar air), Rhinovirus,
Sitomegalovirus, Virus herves simpleks, Virus sinial pernapasan, hantavirus.
3.
Fungi
Aspergilus,
Fikomisetes, Blastomises dermatitidis, histoplasma kapsulatum.
Selain disebabkan oleh
infeksi, pneumonia juga bisa di sebabkan oleh bahan-bahan lain/non infeksi :
a) Pneumonia
Lipid : Disebabkan karena aspirasi minyak mineral
b) Pneumonia
Kimiawi : Inhalasi bahan-bahan organik dan anorganik atau uap kimia seperti
berillium
c) Extrinsik
allergic alveolitis : Inhalasi bahan debu yang mengandung alergen seperti spora
aktinomisetes termofilik yang terdapat pada ampas debu di pabrik gula
d) Pneumonia
karena obat : Nitofurantoin, busulfan, metotreksat
e) Pneumonia
karena radiasi
f) Pneumonia
dengan penyebab tak jelas.
Pada
bayi dan anak-anak penyebab yang paling sering adalah:
a) virus
sinsisial pernafasan
b) Adenovirus
c) virus
parainfluenza
d) virus
influenza
Adapun cara mikroorganisme itu sampai ke
paru-paru bisa melalui :
a. Inhalasi
(penghirupan) mikroorganisme dari udara yang tercemar.
b. Aliran
darah, dari infeksi di organ tubuh yang lain
c. Migrasi (perpindahan) organisme langsung dari
infeksi di dekat paru-paru.
faktor
resiko
Faktor-faktor
resiko terkena pneumonia, antara lain: Infeksi Saluran Nafas Atas (ISPA), usia
lanjut, alkoholisme, rokok, kekurangan nutrisi, Umur dibawah 2 bulan, Jenis
kelamin laki-laki , Gizi kurang, Berat badan lahir rendah, Tidak mendapat ASI
memadai, Polusi udara, Kepadatan tempat tinggal, Imunisasi yang tidak memadai,
Membedong bayi, efisiensi vitamin A dan penyakit kronik menahun. Selain
faktor-faktor resiko diatas, faktor-faktor di bawah ini juga mempengaruhi
resiko dari pneumonia :
1. Individu yang mengidap HIV
2. Individu yang terpajan ke aerosol
dari air yang lama tergenang
3. Individu yang mengalami aspirasi isi
lambung
4. Karena muntah air akibat tenggelam
5. Bahan yang teraspirasi
Pneumonia
paling sering diakibatkan oleh infeksi bakteri, virus, atau mikoplasma, atau
aspirasi benda asing. Organisme utama penyebab pnuemonia bakteri pada bayi
berusia kurang dari 3 bulan adalah streptococcus
pneumonia, streptococcus grup A, staphylococcus,
basil gram-negatif, basil enterik, dan chlamydia.
Pada anak-anak berusia antara tiga bulan sampai 5 tahun, S. Pneumoniae, H. Influenzae (menurun sejak diberikan vaksin), dan staphylococcus merupakan organisme umum
penyebab pneumonia bakteri. Pneumonia virus lebih sering terjadi dibandingkan
pneumonia bakteri. Penyebab paling sering pneumonia virus pada bayi adalah RSV.
Adeno –associated virus, virus
influenza dan parainfluenza merupakan organisme yang biasanya menyebabkan
pneumonia virus pada anak-anak yang lebih besar. Pneumonia mikoplasma mirip
dengan pneumonia virus, kecuali bahwa organisme mycoplasma lebih besar dibandingkan virus. Pneumonia mikoplasma
terjadi lebih sering pada anak-anak berusia lebih dari 5 tahun (Mary E.
Muscari, 229).
2.4
Manifestasi
klinis
a. Kesulitan
dan sakit pada saat pernapasan
·
Nyeri pleuritik
·
Napas dangkal dan
mendengkur
·
Takipnea
b. Bunyi
napas diatas area yang mengalami konsolidasi
·
Mengecil, kemudian
menjadi hilang
·
Krekels, rhonki,
egofoni
c. Gerakan
dada tidak simetris
d. Menggigil
dan deman 38,80C sampai 41,10C, delirium
e. Diafoesis
f. Anoreksia
g. Malaise
h. Batuk
kental produktif
·
Sputum kuning kehijauan
kemudian berubah menjadi kemerahan atau berkarat
i.
Gelisah
j.
Sianosis
·
Area sirkumoral
·
Dasar kuku kebiruan
k. Masalah-masalah
psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati
2.5
Patofisiologi
·
Aspirasi mikroorganisme yang
mengkolonisasi sekresi orofarinks merupakan rute infeksi yang peling sering.
Rute inokulasi lain meliputi inhalasi, penyebaran infeksi melalui darah
(hematogen) dari area infeksi yang jauh, penyebaran langsung dari tempat penularan infeksi.
·
Jalan napas atas merupakan garis
pertahanan pertama terhadap infeksi, tetapi, pembersihan mikroorganisme oleh
air liur, ekspulsi mukosiliar, dan sekresi IgA dapat terhambat oleh berbagai
penyakit, penurunan imun, merokok, dan intubasi endotrakeal.
·
Pertahanan jalan napas bawah
meliputi batuk, refleks muntah, ekspulsi mukosiliar, surfaktan, fagositosis
makrofag dan polimorfonukleosit (PMN), dan imunitas selular dan humoral.
Pertahan ini dapat dihambat oleh penurunan kesadaran, merokok, produksi mukus yang
abnormal (mis, kistik fibrosis atau bronkitis kronis), penurunan imun, intubasi
dan tirah baring berkepanjangan.
·
Makrofag alveolar merupakan
pertahanan primer terhadap invasi saluran pernapasan bawah dan setiap
harimembersihkan jalan napas dari mikroorganisme yang teraspirasi tanpa
menyebabkan inflamasi yang bermakna.
·
Bila jumlah atau virulensi
mikroorganisme terlalu besar, maka makrofag akan merekrut PMN dan memulai
rangkaian inflamasi dengan pelepasan berbagai sitokin termasuk leukotrien,
faktor nekrosis tumor (TNF), interleukin, radikal oksigen, dan protese.
·
Inflamasi tersebut menyebabkan
pengisian alveolus mengalami ketidakcocokan ventilasi/perfusi dan hipoksemia.
Terjadi apoptosis sel-sel paru yang meluas, ini membantu membasmi
mikroorganisme intrasel seperti tuberkulosis atau klamidia, tetapi juga turut
andil dalam proses patologis kerusakan paru.
·
Infeksi dan inflamasi dapat tetap
terlokalisir di paru atau dapat menyebabkan bakteremia yang mengakibatkan
meningitis atau endokarditis, sindrom respons inflamasi sistemik (Systemic
inflamatory response syndrome, SIRS),
dan/atau sepsis.
·
Faktor virulensi dari berbagai
mikroorganisme dapat memengaruhi patofisiologi dan perjalanan klinis penyakit.
Streptococcus pneumoniae (pneumococcus) merupakan contoh yang sangat tepat.
2.6 Klasifikasi pneumonia
Sistem
klasifikasi lain yang penting digunakan untuk pneumonia adalah klasifikasi
klinis kombinasi, yang mengkombinasikan banyak faktor termasuk usia, faktor
resiko untuk beberapa mikroorganisme, adanya penyakit paru yang mendasari dan
penyakit sistemik yang mendasari.
1. Skema
klasifikasi awal
Deskripsi
awal dari pneumonia difokuskan pada anatomi atau penampakan patologi dari
paru-paru, baik melalui inspeksi lansung pada waktu otopsi atau melalui
mikroskop. Penumonia lobarik adalah
infeksi yang hanya melibatkan satu lobus atau bagian dari paru. Pneumonia
lobarik sering disebabkan streptococcus
pneumonia. Pneumonia multilobar melibatkan
lebih satu lobus dan sering merupakan penyakit yang lebih berat dari pneumonia
lobarik. Pneumonia interstistial
melibatkan area diantara alveoli dan mungkin disebut sebagai “pneumonia
interstial.” Pneumonia interstial lebih sering disebabkan oleh virus atau oleh
bakteri atipikal.
2. Skema
klasifikasi kombinasi
Umumnya
klinis telah mengklasifikasi pneumonia berdasarkan karakteristik klinis,
membagi mereka menjadi akut (kurang dari 3 minggu) dan krinik. Hal ini berguna
karena pneumonia kronik cenderung untuk lebih tidak infeksisus, tau
mycobakterial, jamur atau gabungan infeksi bakteri yang disebabkan oleh
obtruksi jalan napas. Pneumonia akut lebih jauh dibagi menjadi bronchopneumonia klasik (seperti streptococcus pneumoniae), pneumonia
atipikal (seperti pneumonia
intertisial dari mycoplasma pneumonia
atau chlamydia pneumoniae) dan
sindrom aspirasi pneumonia. Terdapat 2 kategori besar dari pneumonia didalam
skema ini, yaitu :
a. Community
acquired pneumonia
Community acquired
pneumonia (CAP) adalah penumonia infeksius pada seseorang yang tidak menjalani
rawat inap dirmah sakit baru-baru ini. CAP adalah tipe pneumonia yang paling
sering. Penyebab paling sering dari CAP berbeda tergantung usia seseorang,
tetapi mereka termasuk streptococcus
pneumonia, virus, bakteri atipikal dan haemophilus
influenza. Streptococcus pneumonia adalah penyebab paling paling umum dari CAP.
Bakteri gram negatif menyebabkan CAP pada populasi beresiko tertentu.
b. Hospital
acquired pneumonia
Hospital acquried
pneumonia, juga disebut pneumonia nosokomial adalah pnemonia yang disebabkan
selama perawatan dirumah sakit atau sesudahnya karena penyakit lain atau
prosedur. Penyebabnya, mikrobiologi, perawatan dan prognosis berbeda dari
community acquried pneumonia . pasien rawat inap mungkin mempunyai banyak
faktor risiko untuk pneumonia, termasuk ventilasi mekanisme, malnutrisi
berkepanjangan, penyakit dasar jantung dan paru-paru, penurunan jumlah asam
lambung dan gangguan imun. Mikroorganisme disuatu rumah sakit mungkin termasuk
bakteri resisten sperti : MRSA, pseudomonas,
enterobacter, dan serratia. Karena
individu dengan Hospital acquired pneumonia biasanya memiliki penyakit yang
mendasari dan terekspos dengan bakteri yang lebih berbahaya, cenderung lebih
mematikan dripada Community acquired pneumonia. Ventilator associated pneumonia
(VAP) adlah bagian dari Hospital acquired pneumonia. VAP adalah pneumonia yang
timbul setelah minimal 48 jam sesudah intubasi dan ventilasi mekanis.
Tipe
lain dari pneumonia
·
Severe acute
respiratory syndrome (SARS)
SARS adalah pneumonia yang sangat
menular dan mematikan. SARS disebabkan olah SARS coronavirus, sebelumnya
patogen yang tidak diketahui.
·
Bronchiolitis
obliterans organizing pneumonia (BOOP)
BOOP disebabkan oleh inflamasi dari
jalan napas kecil dari paru-paru. Juga dikenal sebagai cryptogenic organizing
pneumonitis (COP)
·
Pneumonia eosinofilik
Pneumobia eosinofilik adalah invasi
kedalam paru oleh eosinofil, sejenis partikel sel darah putih. Pneumonia
eosinofilik sering muncul sebagai respons terhadap infeksi parasit atau setelah
terekspos oleh tipe faktor lingkungan tertentu.
·
Chemical pneumonia
Chemical pneumonia (biasanya disebut
chemical pneumonitis) biasanya disebabkan toxin kimia seperti pestisida, yang
mungkin memasuki tubuh melalui inhalasi atau melalui konta dengan kulit. Manakala
bahan toxinnya adalah minyak, pneumonia disebut lipoid pneumonia.
·
Aspiration pneumonia
Aspiration pneumonia (atau aspiration
pneumnitis) disebabkan oleh aspirasi oral atau bahan dari lambung, entah ketika
makan atau setelah muntah. Hasilnya inflamasi pada paru bukan merupakan infeksi
tetapi dapat menjadi infeksi karena bahan yang teraspirasi mungkin mengandung
bakteri anaerobic atau penyebab lain dari pneumonia. Aspirasi adalah penyebab
kematian dirumah sakit.
Pneumonia terbagi dalam
berbagai jenis berdasarkan dengan penyebab, natomik, dan berdasarkan asal
penyakit ini didapat, seperti :
1.
Berdasarkan penyebab
a.
Pneumonia lipid
b.
Pneumonia kimiawi
c.
Pneumonia karena
extrinxik allergic alveolitis
d.
Pneumonia kerana obat
e.
Pneumonia karena
radiasi
f.
Pneumonia dengan penyebab
tak jelas
2.
Berdasarkan anatomik
a.
Pneumonia lobaris
Merupakan pneumonia yang terjadi pada
seluruh atau satu bagian besar dari lobus paru dan bila kedua lobus terkena
bisa dikatakan sebagai pneumonia lobaris.
b.
Pneumonia interstisial
Merupakan pneumonia yang dapat terjadi
didalam dinding alveolar
c.
Bronchopneumonia
Merupakan pneumonia yang terjadi pada
ujung akhir bronkhiolus yang dapat tersumbat oleh eksudat mukopuren untuk
membentuk bercak konsolidasi dalam lobus.
3.
Berdasarkan asal
penyakit
a.
Pneumonia komunitas
atau community acquired pneumonia adalah pneumonia yang didapatkan dari
masyarakat.
b.
Pneumonia nosokomial
atau hospitality acquired pneumonia yang berarti penyakit itu didapat saat
pasien berada dirumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan.
2.7
Penatalaksanaan
1.
Pencegahan
·
Tindakan kewaspadaan isolasi untuk
pasien dengan penurunan imun
·
Posisikan pasien untuk mencegah
aspirasi
·
Untuk mencegah VAP
Ø
Hindari volume lambung yang
berlebihan
Ø
Pilih intubasi oral dari pada nasal
Ø
Pemeliharaan sirkuit ventilator secara
cermat
Ø
Suksion subglotis kontinu
Ø
Variasi/rotasi postural
Ø
Gunakan sukralfat daripada penyekat
H2 untuk profilaksis (masih kontroversial)
Ø
Bilas mulut dengan klorheksidin
2.
Penatalaksaan infeksi akut
·
Oksigen dan hidrasi bila ada
indikasi
·
Pertimbangkan isolasi respirasi
·
Hospitalisasi diindikasikan bila
Ø
Usia diatas 65 tahun, tunawisma,
dirawat dirumah sakit karena pneumonia ditahun yang lalu
Ø
Denyut nadi > 140/menit,
frekuensi respirasi > 30/menit hipotensi.
Ø
Temperatur > 38,30C
Ø
Penurunan status mental, sianosis
Ø
Imunosupresi, kondisi penyerta
Ø
Mikroorganisme risiko tinggi (mis,
infeksi pseudomonas yang terbaru)
Ø
SDP < 4000 atau > 3000/µL
Ø
Tekanan parsial oksigan dalam darah
arteri (PaO2) < 60 atau PaCO2 > 50
Ø
Foto ronsen dada dengan keterlibatan
banyak lobus atau progresi cepat
·
Menarik napas dalam dan batuk,
fisioterapi dada bila tersedia
·
Antibiotik untuk pneumonia bakteri,
parasit, atau jamur (bukan virus)
Ø
Perlindungan empiris paling sering
digunakan pada pasien rawat jalan; pewarnaan gram pada sputum dapat menjadi
panduan terapi pada pasien rawat inap tetapi mungkin perlu diubah bila kultur
dengan sensitivitas telahtersedia (48 samapi 72 jam).
Ø
Pilihan antibiotik empiris
bervariasi berdasar pada pasien rawat jalan versus rawat inap, usia, faktor
risiko pasien, dan pengkajian pasien; pilihan antibiotika empiris yang umum
dirangkum dalam tabel dibawah.
Tipe
pasien
|
Pengkajian
pasien
|
Antibiotika
empiris
|
Pasien
rawat jalan
|
Imunokomperen
Diperkirakan
terdapat S pneuminiae yang resisten terhadap PCN
Aspirasi
Usia 18 sampai
40 tahun
|
Makrolida,
fluoroqulnolon atau doksisiklin
Amoksilin/klavulanat
doksisiklin
|
Pasien
rawat inap
|
Bangsal
medis umum
ICU
Penyakit
paru
Aspirasi
|
Beta
laktam dengan makrolida atau fluoroquinolon sama seperti anti-pseudomonas
dengan makrolida atau fluoroquinolon dengan aminoglikosida
Fluoroquinolon
dengan klindamisin.
|
2.8
Pemeriksaan
Diagnosis
1.
Chest X-ray: teridentifikasi adanya
penyebaran (misalnya: lobus dan bronkhial); dapat juga menunjukan multipel
abses/infiltrat, empiema (staphylococcus); penyebaran atau lokasi infiltrat
(bakterial); atau penyebaran/extensive nodul infiltrat (sering kali viral),
pneumonia mycoplasma chest X-ray mungkin bersih.
2.
Analisis gas darah (analysis blood gasses-ABGs) dan pulse oximetry: abnormalitas mungkin
timbul tergantung dari luasnya kerusakan paru-paru.
3.
Pewarna Gram/culture sputum dan darah: didapatkan dengan needly biopsy, apirasi transtrakheal, fiberoptic bronchoscopy, atau
biopsi paru-paru terbuka untuk mengeluarkan organisme penyabab. Lebih dari
satu tipe organisme yang dapat ditemukan, seperti diplococcus pneumonia, staphylococcus
aureus, A. Hemolytic streptococcus , dan hemophilus influenzae.
4.
Periksa darah lengkap (complete blood count-): leukositosis biasanya timbul, meskipun nilai pemeriksaan
darah putih (white blood coun-WBC)
rendah pada infeksi virus
5.
Tes serologi : membantu dalam
membedakan diagnosis pada organisme secara spesifik
6.
LED: meningkat
7.
Pemeriksaan fungsi paru-paru: volume
mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar): tekanan saluran udara meningkat
dan kapasitas pemenuhan udara menurun, hipoksemia
8.
Elektrolit :sodium dan klorida
mungkin rendah
9.
Bilirubin mungkin meningkat
2.9
Komplikasi
Kadang-kadang pneumonia berperan
penting dalam penambahan masalah medis yang disebut komplikasi. Komplikasi yang
penting sering disebabkan oleh pneumonia karena bekteri daripada virus.
Komplikasi yang penting meliputi :
1.
Gagal napas dan sirkulasi
Efek pneumonia terhadap paru-paru
pada orng yang menderita pneumonia sering kesulitan bernapas, dan itu tidak
mungkin bagi mereka untuk tetap cukup bernapas tanpa bantuan agar tetap hidup.
Bantuan pernapasan non-invasiv yang dapat membantu seperti mesin untuk jalan
napas dengan bilevel tekanan positif, dalam kasus lain pemasangan endotracheal
tube kalau perlu dan ventilator dapat digunakan untuk membantu pernapasan.
Pneumonia dapat menyebabkan gagal
napas oleh pencetus akut respiratory distress syndrome (ARDS). Hasil dari
gabungan infeksi dan respons inflamasi dalam paru-paru segera diisi cairan dan
menjadi sangat kental, kekentalan ini menyatu dengan keras menyebabkan
kesulitan penyaringan udara untuk cairan alveoli, harus membuat ventilasi
mekanik yang membutuhkan.
Syok sepsis dan septik merupakan
komplikasi potensial dari pneumonia. Sepsis terjadi karena mikroorganisme masuk
ke aliran darah dan respon sistem imun melalui sekresi sitokin. Sepsis
seringkali terjadi pada pneumonia karena bakteri; streptococcus pneumonia
merupakan salah satu penyebabkan individu dengan sepsis atau septik membutuhkan
unit perawatan intensif dirumah sakit. Mereka membutuhkan cairan infus dan
obat-obatan untuk membantu mempertahankan tekanan darah agar tidak turun sampai
rendah. Sepsis dapat meyebabkan kerusakan hati, ginjal, dan jantung diantara
masalah lain dan sering menyebabkan kematian.
2.
Efusi pleura, empyema, dan abces
Ada kalanya, infeksi mikroorganisme
pada paru-apru akan menyebabkan bertambahnya (effusi pleura) cairan dalam ruang yang mengelilingi paru (rongga pleura). Jika
mikroorganisme itu sendiri ada di rongga pleura, kumpulan cairan ini disebut
empyema. Bila cairan pleura ada pada orang dengan pneumonia, cairan ini sering
diambil dengan jarum (toracentesis) dan periksa, tergantung dari hasil
pemeriksaan ini. Perlu pengaliran lengkap dari cairan ini, sering memerlukan
selang pada dada. Pada kasusu empyema berat perlu tindakan pembedahan. Jika cairan tidak dapat
dikeluarkan, mungkin infeksi berlansung lama, karena antibiotik tidak menembus
dengan baik ke dalam rongga pleura.
Bakteri akan menginfeksi bentuk
kantong yang berisi cairan yang disebut abses. Abses pada paru biasanya dapat
dilihat dengan foto thorax dengan sinar x atau CT scan. Abses-abses khas
terjadi pada pneumonia aspirasi dan sering mengandung beberapa tipe bakteri.
Biasanya antibiotik cukup untuk pengobatan abses pada paru, tetapi kadang abses
harus dikeluarkan oleh ahli bedah atau ahli radiologi.
STUDI KASUS PNEUMONIA
Ny.
R umur 25 tahun agama islam, suku bangsa jawa, pekerjaan PNS alamat Jl. Husni
Tamrin No 24 b pasar jambi. klien masuk RS pada tgl 30 september 2012 ruang
paru kelas 1, klien msuk RS dengan keluhan demam sudah 5 hari, menggigil, klien
juga mengtakan nyeri dada pleuritik, batuk produktif, sputum hijau dan purulen.
pada saat pengkajian klien mengatakan nyeri dada pada saat batuk skala nyeri 8, intesitas nyeri
setiap 20 menit, hidung memerah, retraksi interkostal,
penggunaan otot bantu pernapasan dan timbul sianosis, badan lemas dan teraba
panas, malaise, dari hasil pemeriksaan fisik TD 130/90 mmHg, suhu 39 C, nadi
100 x/menit, dari hsil labor didapatkan Hb. 10.0 gr%, leukosit 15000 ml.
ASKEP PNEUMONIA
1.
PENGKAJIAN
A.
Identitas Klien
Nama : Ny. R
Umur : 25 tahun
Agama : Islam
Alamat : JL. Husni Tamrin No 24 b
Pasar Jambi
B.
Riwayat Penyakit
-
Keluhan Utama: Demam sudah 5 hari
-
Keluhan Tambahan: klien menyatakan ada nyeri dada pleuritik.
C.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke rumah sakit dengan
keluhan deman sudah 5 hari dan menggigil. Pasien juga mengatakan mengalami
nyeri dada pleuritik dan batuk poduktif. Pada saat pengkajian klien mengatakan
nyeri dada pada saat batuk, skla nyeri 8 ,intensitas nyeri setiap 20 menit, hidung kemerahan, retraksi
interkostal, penggunaan otot bantu pernapasan dan timbul sianosis, badan lemas
dan teraba panas , malaise ,dari hasil pemeriksaan fisik : TD : 130/90 mmHg ,
suhu : 39 c , nadi 100x/I, RR: 24x/I dari hasil laboratorium didapatkan Hb :
10,0 gr% , leukosit 15000 mL
D.
Riwayat Penyakit Terdahulu
Sebelumnya pasein tidak pernah
menderita penyakit seperti ini .
E.
Dasar Data Pengkajian Pasien
1. Aktifitas Istirahat
·
Gejala : Malaise
·
Tanda : Badan Lemas
2. Sirkulasi
·
Gejala : Sianosis
·
Tanda : Nadi
100x/menit, TD 130/90 mmHg
3. Makanan/Cairan
·
Gejala : Kurang
nafsu makan dan berat badan turun
·
Tanda : Hb: 10,0 gr%, Leukosit 15.000 mL
4. Nyeri/Kenyamanan
·
Gejala : Nyeri dada
pleuritik, nyeri dada pada saat batuk
·
Tanda : Skala Nyeri
8
5. Pernafasan
·
Gejala : Penggunaan
otot bantu pernafasan, retraksi interkostal
·
Tanda : RR: 24x/i,
batuk produktif, sputum hijau, purulen sianosis
6. Kenyamanan
·
Gejala :Menggigil,
teraba panas , deman sudah 5 hari, hidung
memerah
·
Tanda :Suhu: 39̊̊C
F.
Pemeriksaan Penunjang
Darah rutin
·
Hb: 10,0 gr%
·
Leukosit: 15.000 mL
2.
ANALISA DATA
No
|
Data
|
Penyebab
|
Masalah
|
1.
|
Ds: pasien mengatakan nyeri dada pleuritik pada saat batuk.
Do: skala nyeri
8
|
inflamasi pada -paru. parenkim paru
|
Nyeri akut
|
2.
|
Ds: (-)
Do: sianosis,takikardi
100x/mnt,retraksi interkostal,
dan penggunaan otot bantu pernapasan
|
gangguan kapasitas pengangkutan oksigen dalam
darah
|
Gangguan pertukaran gas
|
3.
|
Ds: pasien mengeluh
demam dan menggigil
Do: suhu 39C.
|
ketidakadekuatan pertahanan tubuh terhadap
infeksi.
|
Hipertemi
|
4.
|
Ds: klien mengatakan
batuk produktif
Do: sputum hijau dan purulen, penggunaan alat
bantu pernapasan
|
Adanya secret mukus
|
Ketidakefektifan jalan nafas
|
5.
|
Ds: demam
Do: leukosit :15000
ml
|
tidak adekuatnya mekanisme pertahanan tubuh primer
|
Infeksi
|
6.
|
Ds: malaise
Do: Hb. 10,0 gr%
|
Kelemahan fisik
|
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
|
3. DIAGNOSA
a)
Ketidakefektifan
bersihan jalan napas yang berhubungan dengan sekret mukus yang kental.
b)
Kerusakan pertukaran
gas yang berhubungan
dengan gangguan kapasitas
pengangkutan oksigen dalam darah.
c)
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan batuk produktif.
d)
Hipertermi yang
berhubungan dengan ketidakadekuatan
pertahanan tubuh terhadap infeksi.
e) Infeksi yang
berhubungan dengan tidak adekuatnya mekanisme pertahanan tubuh primer.
f)
Nyeri akut yang
berhubungan dengan inflamasi pada parenkim paru-paru.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Pneumonia adalah penyakit umum di
semua bagian dunia. Ini adalah penyebab utama kematian di antara semua kelompok
umur. Pada anak-anak, banyak dari kematian ini terjadi pada masa neonatus.
Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa satu dari tiga kematian bayi
baru lahir disebabkan pneumonia.
Pneumonia adalah
penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan adanya konsolidasi
akibat eksudat yang masuk dalam area
alveoli. (Axton & Fugate, 1993).
Pneumonia dapat disebabkan oleh
bermacam-macam etiologi seperti :
1. Bakteri: stapilokokus, streplokokus,
aeruginosa, eneterobacter
2. Virus: virus influenza, adenovirus
3. Micoplasma pneumonia
4. Jamur: candida albicans
5. Aspirasi: lambung
Daftar Pustaka
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Respirasi. Jakarta : Salemba Medika
Marilynn E. Doenges Mary
france Moorhouse. Alice C. Geissler. 2000. Rencana
Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Anonima. 2012.Asuhan
Keperawatan Pneumonia. Http://sains.wordpress.com. Diakses tanggal 02
Desember 2012 jam 21:08 WIB
Anonimb. 2012. Definisi Pneumonia. Http://www.scribd.com/. Diakses tanggal 02
Desember 2012 jam 21:20 WIB