BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cardiac
arrest disebut juga cardiorespiratory arrest, cardiopulmonary arrest, atau circulatory
arrest, merupakan suatu keadaan darurat medis dengan tidak ada atau tidak adekuatnya
kontraksi ventrikel kiri jantung yang dengan seketika menyebabkan kegagalan sirkulasi
(U.S National Heart, Lung, and Blood Institute, 2009; Sudden Cardiac
Arrest Association, 2008; Sovari dan Kocheril: 2009). Terdapat empat jenis
ritme yang menyebabkan henti jantung yaitu ventricular fibrilasi (VF),
ventricular takikardia yang sangatcepat (VT), pulseless electrical
activity (PEA), dan asistol. Keadaan ini menyebabkan irama jantung
tidak teratur atau abnormal yang disebut dengan aritmia sehingga jantung dapat berdetak
terlalu cepat, terlalu lambat, atau bahkan dapat berhenti berdetak.
Aritmia
merupakan salah satu penyebab dari cardiac arrest pada saat aritmia terjadi,
jantung memompa sedikit atau bahkan tidak ada darah ke dalam sirkulasi.
Aritmia dicetuskan oleh beberapa faktor, diantaranya: penyakit jantung koroner
yang menyebabkan infark miokard (serangan jantung), stress fisik (perdarahan
yang banyak akibat luka trauma atau perdarahan dalam, sengatan listrik,
kekurangan oksigen akibat tersedak, penjeratan, tenggelam ataupun serangan asma
yang berat), kelainan bawaan yang mempengaruhi jantung, perubahan struktur
jantung (akibat penyakit katup atau otot jantung) dan obat-obatan.
Penyebab lain cardiac arrest adalah tamponade jantung dan tension pneumothorax.
Berdasarkan
laporan dari Centers for Disease Control and Prevention
(CDC) yang melakukan survey terhadap kejadian cardiac arrest di United States selama periode 1 Oktober 2005–31 December 2010 didapatkan sekitar 31,689 kasus cardiac
arrest yang terjadi di luar rumah sakit. Dari kejadian tersebut, sejumlah
33, 3% dari kasus cardiac arrest yang
memperoleh bantuan CPR dari bystander
dan hanya 3,7% yang mendapatkan bantuan automated
external defibrillator (AED) sebelum personel EMS datang. Tingkat
kelangsungan hidup pasien dengan kejadian cardiac
arrest di luar rumah sakit yang berhasil masuk rumah sakit (MRS) sebesar
26, 3%. Dari keseluruhan jumlah pasien cardiac
arrest yang terjadi di luar rumah sakit, kelompok yang paling
mungkin untuk bertahan hidup adalah orang-orang yang dijumpai mengalami
serangan cardiac arrest oleh penolong
dan ditemukan dalam irama shockable
(misalnya, ventrikel fibrilasi atau pulseless
takikardi ventrikel) di mana kelangsungan hidup berkisar 30,1% (Bryan et al, 2011). Untuk jumlah prevalensi
penderita henti jantung di Indonesia tiap tahunnya belum diadapatkan data yang
jelas, namun diperkirakan sekitar 10 ribu warga, yang berarti 30 orang per
hari. Kejadian terbanyak dialami oleh penderita jantung koroner (Depkes, 2006).
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas
masalah cardiac arrest, agar dapat memberikan manfaat baik bagi dosen maupun
mahasiswa.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apa itu cardiac arrest?
2. Bagaimana anatomi fisiologi sistem
kardiovaskuler?
3. Apa saja etiologi cardiac arrest?
4. Bagaimana manifestasi klinis cardiac arrest?
5. bagaimana patofisiologi cardiac arrest?
6. Bagaimana klasifikasi cardiac arrest?
7. Bagaimana penatalaksanaan cardiac arrest?
8. Bagaimana pemeriksaan diagnosis cardiac arrest?
9. Apa saja komplikasi cardiac arrest?
10.
Bagaimana asuhan keperawatan cardiac arrest?
1.3 Tujuan Penulisan
2. Tujuan Umum
Mengetahui
asuhan keperawatan untuk pasien cardiac arrest.
2.
Tujuan Khusus
·
Mengetahui pengertian cardiac arrest
·
Mengetahui bagaimana anatomi fisiologi
cardiac arrest
·
Mengetahui etiologi cardiac arrest
·
Mengetahui manifestasi cardiac arrest
·
Mengetahui klasifikasi cardiac arrest
·
Mengetahui penatalaksanaan cardiac
arrest
·
Mengetahui diagnosis cardiac arrest
·
Mengetahui komplikasi cardiac arrest
·
Mengetahui asuhan keperawatan cardiac
arrest
1.4 Manfaat
Penulisan
1.
Klien dengan Cardiact
Arrest
Untuk mengetahui apa penyebab penyakit Cardiact arrest yang
dideritanya,bagaimana cara proses pengobatannya dan mengetahui asuhan yang akan
diberikan perawat pada penyembuhan penyakit Cardiact arrest.
2.
Institusi
Untuk mengetahui presentase
perkembangan dari penyakit Cardiact
arrest dalam instuti tersebut misalnya puskesmas , rumah sakit dan klinik.
3.
Masyarakat
Untuk mengetahui informasi tentang
penyakit Cardiact
arrest dan menambah pengetahuan tentang penyakit Cardiact arrest.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Defenisi
Henti
jantung adalah penghentian aktivitas pompa jantung efektif yang mengakibatkan penghentian sirkulasi.
Terdapat hanya dua tipe henti jantung , yaitu : cardiac standstill ( asisitol )
dan fibrilisasi ventrikel ( plus format lain dari kontraksi ventrikel tak
efektif, seperti flutter ventrikel, dan yang jarang terjadi takikardia
ventrikel), (Arif muttaqin, 2012).
Cardiac arrest adalah hilangnya fungsi jantung secara
tiba-tiba dan mendadak, bisa terjadi pada seseorang yang memang didiagnosa
dengan penyakit jantung ataupun tidak. Waktu kejadiannya tidak bisa
diperkirakan, terjadi dengan sangat cepat begitu gejala dan tanda tampak (American
Heart Association,2010). Jameson,dkk (2005),menyatakan bahwa cardiac arrest adalah
penghentian sirkulasi normal darah akibat kegagalan jantung untuk
berkontraksisecara efektif.
Cardiac Arrest adalah terhentinya pompa jantung secara
mendadak yang bersifat reversible, dan dapat bersifat irreversible jika tidak
dilakukan intervensi segera(Robert,2001).
Cardiac Arrest adalah jantung tidak cukup memompa darah ke
otak, Cardiac Output <20%, dan nadi carotis tidak teraba.Gejala dan tanda
yang tampak, antara lain hilangnya kesadaran; napas dangkal dan cepat bahkan
bisa terjadi apnea (tidak bernafas); tekanan darah sangat rendah (hipotensi)
dengan tidak ada denyut nadi yang dapat terasa pada arteri; dan tidak denyut
jantung, (Anonim, 2010).
Henti Jantung adalah terhentinya denyut jantung dan
sirkulasi darah secara tiba-tiba pada seseorang yang sebelumnya tidak mengalami
gangguan apa - apa. Henti jantung merupakan keadaan kegawat daruratan
kardiovaskuler. Keadaan ini kemudian diikuti dengan berhentinya fungsi
pernafasan dan hilangnya kesadaran secara reflex ( Anonim, 2011).
2.2 Anatomi
dan Fisiologi Kardiovaskuler

- LETAK JANTUNG
Jantung terletak di dalam rongga mediastinum dari rongga
dada (thovrax), diantara kedua paru.
o
Bagian depan dilindungi oleh sternum
dan tulang-tulang iga setinggi kosta ke-3 sampai ke-4
o
Dinding samping berhubungan dengan
paru-paru dan faises mediastinalis
o
Dinding atas setinggi thorakal ke-6 dan
srvikal ke-2 berhubungan dengan aorta, pulmonalis, dan bronkus dekstra dan
sinistra
o
Dinding belakang, mediastinum posterior
esofagus, aorta desenden, vena azigos, dan kolumna vertebra torokalis
o
Bagian bawah berhubungan dengan
diafragma
Dua pertiga jantug berada di sebelah kiri sternum. Apeks
jantung berada di sela iga ke-4 atau ke-5 pada garis tengah clavicula. Pada
dewasa rata-rata panjangnya kira-kira 12 cm dan lebar 9 cm dengan berat 300-400
gram.
- STRUKTUR JANTUNG
Selaput yang membungkus jantung disebut perikardium, yang
terdiri dari 2 lapisan:
1. Perikardium
fibrosa, yaitu lapisan luar yang melekat pada tulang dada, diafragma, dan
pleura.
2.
Perikardium
serosa, yaitu lapisan dalam dari perikardium terdiri dari lapisan parietalis;
melekat pada perikardium fibrosa dan lapisan viseralis yang melekat pada
jantung yang juga disebut pikardium.
Diantara kedua lapisan tersebut terdapat rongga yang
disebut rongga prikardium yang berisi sedikit cairan pelumas atau yang disebut
cairan perikardium kurang lebih 10-30 ml yang berguna untuk mengurangi gesekan yang timbul
akibat gerak jantung.
- RUANG JANTUNG
Jantung terdiri dari 4 ruang, yaitu 2 ruang yang
berdinding tipis disebut atrium ( serambi) dan 2 ruang yang berdinding tebal
disebut ventrikel (bilik).
1. Atrium
Atirum hanya berfungsi sebagai pompa primer yang
meningkatkan efektifitas ventrikel sebagai pompa kira-kira 30%. Dalam keadaan
normal jantung mempunyai kemampuan memompa lebih dari 300%-500% darah yang
dibutuhkan oleh tubuh. Atrium kanan befungsi sebagai penampung darah yang
rendah oksigen dari seluruh tubuh melalui vena kava superior dan inferior dan
dari jantung melalui koronarius. Tekanan di atrium kanan 2-6 mmHg dengan
saturasi oksigen 75%. Kemudian darah dipompakan ke ventrikel kanan dan
selanjutnya ke paru. Atrium kiri menerima darah yang kaya oksigen dari kedua
paru melalui empat buah vena pulmonali.
2. Ventrikel
a. Ventrikel kanan
menerima darah dari atrium kanan dan dipompakan ke paru-paru melalui arteri
pulmonalis. Tebal dinding kanan biasanya 0,5 cm dan tekanan sistoliknya 15-30
mmHg dan diastolik 0-5 mmHg dengn saturasi oksigen 75%.
b. Ventrikel kiri
menerima darah adri atrium kiri dan dipompakan ke seluruh tubuh melalui aorta.
Tebal dari dinding ventrikel kiri kira-kiara 1,5 cm. Tekanan sistolik ventrikel
kiri normalnya adalah 120 mmHg dan diastoliknya 0-10 mmHg. Saturasi oksigen
sebesar 95-98%.
- KATUP-KATUP JANTUNG
Terdiri dari empat katup yang berfungsi untuk mengatur
sirkulasi darah. Setiap katub merespon terhadap perubahan tekanan. Katup
dikelompokkan dalam 2 jenis yaitu katup atrioventrikular dan katup semilunar.
a. Katup
atrioventrikular
Letaknya antara atrium dan ventrikel, maka
disebut katup antrioventrikular. Katup yang terletak diantara atrium kanan dan
ventrikel kanan mempunyai tiga buah daun katup, disebut katup trikuspid.
Sedangkan katup yang letaknya diantara atrium kiri dan ventrikel kiri mempunyai
dua daun katup disebut katup mitral. Katup atrioventrikular memungkinkan darah mengalir
dari masing-masing atrium ke ventrikel pada fase diastolik ventrikel dan
mencegah alirn balik pada saat sistol ventrikel (kontraksi)
b. Katup semilunar
Katup semilunar memisahkan ventrikel dengan arteri yang
berhubungan, katup pulmonal terletak pada arteri pulmonalis, memisahkan
pembuluh ini dari ventrikel kanan. Katup aorta terletak antara ventrikel kiri
dan aorta.
Kedua
katup semilunar ini mempunyai bntuk yang sama, terdiri dari tiga daun katup
yang simetris. Adanya katup
semilunar ini memungkinkan darah mengalir dari masing-masing ventrikel ke
arteri pulmonalis atau aorta selama sistole ventrikel dan mencegah aliran balik
waktu diastole ventrikel.
Pembukaan
katup terjadi pada waktu masing-masing ventrikel berkontraksi, dimana tekanan ventrikel lebih
tinggi daripada tekanan didalam pembuluh arteri.
E.
SIRKULASI
JANTUNG

a.
Sistem Sirkulasi pulmonal
Dari ventrikel jantung kanan darah mengalir ke
paru-paru melalui katup pulmonal untuk mengambil oksigen (02) dan melepaskan
CO2 kemudian masuk ke atrium kiri. Sistem sirkulasi pulmonal ini berfungsi
membersihkan darah yang setelah beredar ke seluruh tubuh memasuki atrium jantung
kanan dengan kadar oksigen yang rendah antara 60-70 % dan kadar CO2 yang tinggi
antara 40-45 %. Setelah beredar melalui kedua paru-paru, kadar zat oksigen
meningkat menjadi kira-kira 96% serta CO2 menurun. Proses pembersihan gas dalam
jaringan paru-paru berlangsung khususnya dalam gelembung-gelembung paru-paru
yang halus dan berdinding sangat tipis di mana gas oksigen dari udara disadap
oleh komponen sel darah merah. Adapun gas CO2 dikeluarkan sebagian melalui
udara pernapasan. Dengan demikian darah yang memasuki atrium kanan dikatakan
darah kotor kurang oksigen, sedangkan darah yang memasuki atrium kiri disebut
sebagai darah bersih kaya oksigen, darah yang memasuki jantung kanan ini penuh
dengan zat makanan yang disalurkan dari hasil penyerapan melalui usus dan hati.
b. Sistem Sirkulasi sistemik
Darah kaya oksigen dari atrium kiri memasuki ventrikel
kiri melalui katup mitral, untuk kemudian dipompakan ke seluruh tubuh manusia
dan membawakan zat oksigen serta bahan makanan yang diperlukan oleh segenap
sel-sel dari alat-alat tubuh. Darah ini dipompakan ke luar dari ventrikel kiri
melewati katup aorta serta memasuki pembuluh nadi utama dan selanjutnya melalui
cabang-cabang pembuluh ini disalurkan ke seluruh bagian tubuh.
c. Sistem
sirkulasi koroner
Pembuluh koroner utama dibagi menjadi “right
coronary artery” (RCA), “left coronary artery” (LCA), left anterior descending
artery” dan ‘Circumflex artery”. Sistem sirkulasi darah koroner terpisah
dari sistem aliran darah kecil maupun sistem aliran darah besar. Artinya khusus
untuk mensuplai darah ke otot jantung, yaitu melalui pembuluh koroner dan
kembali melalui pembuluh balik yang kemudian menyatu serta bermuara langsung ke
dalam bilik kanan. Melalui sistem peredaran darah koroner ini, otot jantung
mendapatkan oksigen, nutrisi, serta zat-zat lain agar dapat menggerakkan
jantung sesuai dengan fungsinya.
2.3 Etiologi
a. Temponade Jantung
b. Infark Miokard
c. Obat-obatan
d. Merokok
e. Aritmia (fibrilasi
ventrikel dan Asystole Fibrilasi ventrikel dan Asystole)
f. Hipertensi
g.Tension pneumothorak
2.4 Manifestasi
Klinis
1. Organ-organ tubuh akan mulai
berhenti berfungsi akibat tidak adanya suplai oksigen, termasuk otak.
2. Hypoxia cerebral atau ketiadaan
oksigen ke otak, menyebabkan korban kehilangan kesadaran (collapse).
3. Kerusakan otak mungkin terjadi jika
cardiac arrest tidak ditangani dalam 5 menit, selanjutnya akan terjadi kematian
dalam 10 menit.
4. Napas dangkal dan cepat bahkan bisa
terjadi apnea (tidak bernafas).
5. Tekanan darah sangat rendah
(hipotensi) dengan tidak ada denyut nadi yang dapat terasa pada arteri.
6. Tidak ada denyut jantung.
2.5 Patofisiologi
Henti Jantung
Patofisiologi
cardiac arrest tergantung dari etiologi yang mendasarinya. Namun, umumnya
mekanisme terjadinya kematian adalah sama. Sebagai akibat dari henti jantung,
peredaran darah akan berhenti. Berhentinya peredaran darah mencegah aliran
oksigen untuk semua organ tubuh. Organ-organ tubuh akan mulai berhenti
berfungsi akibat tidak adanya suplai oksigen, termasuk otak. Hypoxia cerebral
atau ketiadaan oksigen ke otak, menyebabkan korban kehilangan kesadaran dan
berhenti bernapas normal. Kerusakan otak mungkin terjadi jika cardiac arrest
tidak ditangani dalam 5 menit dan selanjutnya akan terjadi kematian dalam 10
menit (Sudden cardiac death).
· Penyakit Jantung Koroner
Penyakit
jantung koroner menyebabkan Infark miokard atau yang umumnya dikenal sebagai
serangan jantung. Infark miokard merupakan salah satu penyebab dari cardiac
arrest. Infark miokard terjadi akibat arteri koroner yang menyuplai oksigen ke
otot-otot jantung menjadi keras dan menyempit akibat sebuah materia (plak) yang
terbentuk di dinding dalam arteri. Semakin meningkat ukuran plak, semakin buruk
sirkulasi ke jantung. Pada akhirnya, otot-otot jantung tidak lagi memperoleh
suplai oksigen yang mencukupi untuk melakukan fungsinya, sehingga dapat terjadi
infark. Ketika terjadi infark, beberapa jaringan jantung mati dan menjadi
jaringan parut. Jaringan parut ini dapat menghambat sistem konduksi langsung
dari jantung, meningkatkan terjadinya aritmia dan cardiac arrest.
· Stress
Fisik
Stress
fisik tertentu dapat menyebabkan sistem konduksi jantung gagal berfungsi,
diantaranya:
o
Perdarahan
yang banyak akibat luka trauma atau perdarahan dalam sengatan listrik.
o
Kekurangan
oksigen akibat tersedak, penjeratan, tenggelam ataupun serangan asma yang
berat.
o
Kadar
Kalium dan Magnesium yang rendah.
o
Latihan
yang berlebih. Adrenalin dapat memicu SCA pada pasien yang memiliki gangguan
jantung.
o
Stress
fisik seperti tersedak, penjeratan dapat menyebabkan vagal reflex akibat
penekanan pada nervus vagus di carotic sheed.
· Kelainan
Bawaan
Ada sebuah
kecenderungan bahwa aritmia diturunkan dalam keluarga. Kecenderungan ini
diturunkan dari orang tua ke anak mereka. Anggota keluarga ini mungkin memiliki
peningkatan resiko terkena cardiac arrest. Beberapa orang lahir dengan defek di
jantung mereka yang dapat mengganggu bentuk (struktur) jantung dan dapat
meningkatkan kemungkinan terkena cardiac arrest
· Perubahan
Struktur Jantung
Perubahan
struktur jantung akibat penyakit katup atau otot jantung dapat menyebabkan
perubahan dari ukuran atau struktur yang pada akhirnrya dapat mengganggu impuls
listrik. Perubahan-perubahan ini meliputi pembesaran jantung akibat tekanan
darah tinggi atau penyakit jantung kronik. Infeksi dari jantung juga dapat
menyebabkan perubahan struktur dari jantung.
· Obat-obatan
Antidepresan
trisiklik, fenotiazin, beta bloker, calcium channel blocker, kokain, digoxin,
aspirin, asetominophen dapat menyebabkan aritmia. Penemuan adanya materi yang ditemukan
pada pasien, riwayat medis pasien yang diperoleh dari keluarga atau teman
pasien, memeriksa medical record untuk memastikan tidak adanya interaksi obat,
atau mengirim sampel urin dan darah pada laboratorium toksikologi dapat
membantu menegakkan diagnosis.
· Tamponade
Jantung
Cairan
yang yang terdapat dalam perikardium dapat mendesak jantung sehingga tidak
mampu untuk berdetak, mencegah sirkulasi berjalan sehingga mengakibatkan
kematian.
· Tension
Pneumothorax
Terdapatnya
luka sehingga udara akan masuk ke salah satu cavum pleura. Udara akan terus
masuk akibat perbedaan tekanan antara udara luar dan tekanan dalam paru. Hal
ini akan menyebabkan pergeseran mediastinum. Ketika keadaan ini terjadi,
jantung akan terdesak dan pembuluh darah besar (terutama vena cava superior)
tertekan, sehingga membatasi aliran balik ke jantung.
2.6 Pemeriksaan Diagnosis
a. Elektrokardiogram
Biasanya tes yang diberikan ialah
dengan elektrokardiogram (EKG). Ketika dipasang EKG, sensor dipasang pada dada
atau kadang-kadang di bagian tubuh lainnya missal tangan dan kaki. EKG mengukur
waktu dan durasi dari tiap fase listrik jantung dan dapat menggambarkan
gangguan pada irama jantung. Karena cedera otot jantung tidak melakukan impuls
listrik normal, EKG bisa menunjukkan bahwa serangan jantung telah terjadi. ECG
dapat mendeteksi pola listrik abnormal, seperti interval QT berkepanjangan,
yang meningkatkan risiko kematian mendadak.
b. Tes darah
1. Pemeriksaan Enzim Jantung
Enzim-enzim
jantung tertentu akan masuk ke dalam darah jika jantung terkena serangan
jantung. Karena serangan jantung dapat memicu sudden cardiac arrest. Pengujian
sampel darah untuk mengetahui enzim-enzim ini sangat penting apakah benar-benar
terjadi serangan jantung.
2. Elektrolit Jantung
Melalui
sampel darah, kita juga dapat mengetahui elektrolit-elektrolit yang ada pada
jantung, di antaranya kalium, kalsium, magnesium. Elektrolit adalah mineral
dalam darah kita dan cairan tubuh yang membantu menghasilkan impuls listrik.
Ketidak seimbangan pada elektrolit dapat memicu terjadinya aritmia dan sudden
cardiac arrest.
4. Test Obat
Pemeriksaan
darah untuk bukti obat yang memiliki potensi untuk menginduksi aritmia,
termasuk resep tertentu dan obat-obatan tersebut merupakan obat-obatan
terlarang.
5. Test Hormon
Pengujian
untuk hipertiroidisme dapat menunjukkan kondisi ini sebagai pemicu cardiac
arrest.
a. Imaging tes
1.
Pemeriksaan
Foto
Torak Foto
thorax menggambarkan bentuk dan ukuran dada serta pembuluh darah. Hal ini juga
dapat menunjukkan apakah seseorang terkena gagal jantung.
2.
Pemeriksaan
nuklir
Biasanya
dilakukan bersama dengan tes stres, membantu mengidentifikasi masalah aliran
darah ke jantung. Radioaktif yang dalam jumlah yang kecil, seperti thallium
disuntikkan ke dalam aliran darah. Dengan kamera khusus dapat mendeteksi bahan
radioaktif mengalir melalui jantung dan paru-paru.
3.
Ekokardiogram
Tes ini
menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambaran jantung. Echocardiogram
dapat membantu mengidentifikasi apakah daerah jantung telah rusak oleh
cardiac arrest dan tidak memompa secara normal atau pada kapasitas puncak
(fraksi ejeksi), atau apakah ada kelainan katup.
b. Electrical system
(electrophysiological) testing and mapping
Tes ini,
jika diperlukan, biasanya dilakukan nanti, setelah seseorang sudah sembuh dan
jika penjelasan yang mendasari serangan jantung Anda belum ditemukan. Dengan
jenis tes ini, dokter mungkin mencoba untuk menyebabkan aritmia, sementara
dokter memonitor jantung Anda. Tes ini dapat membantu menemukan tempat aritmia
dimulai. Selama tes, kemudian kateter dihubungkan denga electrode yang menjulur
melalui pembuluh darah ke berbagai tempat di area jantung. Setelah di tempat,
elektroda dapat memetakan penyebaran impuls listrik melalui jantung pasien.
Selain itu, ahli jantung dapat menggunakan elektroda untuk merangsang jantung
pasien untuk mengalahkan penyebab yang mungkin memicu - atau menghentikan –
aritmia. Hal ini memungkinkan dokter untuk mengamati lokasi aritmia.
c. Ejection fraction testing
Salah satu
prediksi yang paling penting dari risiko sudden cardiac arrest adalah seberapa
baik jantung Anda mampu memompa darah. Dokter dapat menentukan kapasitas pompa
jantung dengan mengukur apa yang dinamakan fraksi ejeksi. Hal ini mengacu pada
persentase darah yang dipompa keluar dari ventrikel setiap detak jantung.
Sebuah fraksi ejeksi normal adalah 55 sampai 70 persen. Fraksi ejeksi kurang
dari 40 persen meningkatkan risiko sudden cardiac arrest. Dokter Anda dapat
mengukur fraksi ejeksi dalam beberapa cara, seperti dengan ekokardiogram, Magnetic
Resonance Imaging (MRI) dari jantung Anda, pengobatan nuklir scan dari jantung
Anda atau computerized tomography (CT) scan jantung.
d.
Coronary
catheterization (angiogram)
Pengujian
ini dapat menunjukkan jika arteri koroner Anda terjadi penyempitan atau
penyumbatan. Seiring dengan fraksi ejeksi, jumlah pembuluh darah yang tersumbat
merupakan prediktor penting sudden cardiac arrest. Selama prosedur, pewarna
cair disuntikkan ke dalam arteri hati Anda melalui tabung panjang dan tipis
(kateter) yang melalui arteri, biasanya melalui kaki, untuk arteri di dalam
jantung. Sebagai pewarna mengisi arteri, arteri menjadi terlihat pada X-ray dan
rekaman video, menunjukkan daerah penyumbatan. Selain itu, sementara kateter
diposisikan, dokter mungkin mengobati penyumbatan dengan melakukan angioplasti
dan memasukkan stent untuk menahan arteri terbuka.
2.7 Komplikasi
Komplikasi Cardiac Arrest adalah:
·
Hipoksia
jaringan ferifer
·
Hipoksia
Cerebral
·
Kematian
2.8 Penatalaksanaan cardiac Arrest
1. RJP (Resusitasi Jantung Paru)
Adalah
suatu tindakan darurat, sebagai usaha untuk mengembalikan keadaan henti nafas/
henti jantung atau (yang dikenal dengan istilah kematian klinis) ke fungsi
optimal, guna mencegah kematian biologis.
a.
Kontraindikasi
orang yang diketahui berpenyakit terminal dan yang telah
secara klinis mati lebih dari 5 menit.
b. tahap-tahap resusitasi
Resusitasi jantung paru pada dasarnya dibagi dalam 3 tahap
dan pada setiap tahap dilakukan tindakan-tindakan pokok yang disusun menurut
abjad:
1. Pertolongan dasar (basic life
support)
o
Airway
control, yaitu membebaskan jalan nafas agar tetap terbuka dan bersih.
o
Breathing
support, yaitu mempertahankan ventilasi dan oksigenasi paru secara adekuat.
o
Circulation
support, yaitu mempertahankan sirkulasi darah dengan cara memijat jantung.
2. Pertolongan lanjut (advanced life
support)
o
Drug
& fluid, yaitu pemberian obat-obat dan cairan
o
Elektrocardiography,
yaitu penentuan irama jantung
o
Fibrillation
treatment, yaitu mengatasi fibrilasi ventrikel
3. pertolongan jangka panjang
(prolonged life support)
o
Gauging,
yaitu memantau dan mengevaluasi resusitasi jantung paru, pemeriksaan dan
penentuan penyebab dasar serta penilaian dapat tidaknya penderita diselamatkan
dan diteruskan pengobatannya.
o
Human
mentation, yaitu penentuan kerusakan otak dan resusitasi cerebral.
o
Intensive
care, yaitu perawatan intensif jangka panjang.
Penanganan henti jantung dilakukan
untuk membantu menyelamatkan pasien / mengembalikan fungsi cardiovascular.
Adapun prinsip-prinsipnya yaitu sebagai berikut:
Tahap I :
Tahap I :
o
Berikan
bantuan hidup dasar
o
Bebaskan
jalan nafas, seterusnya angkat leher / topang dagu.
o
Bantuan
nafas, mulut ke mulut, mulut ke hidung, mulut ke alat bantuan nafas. Jika nadi
tidak teraba :
Satu penolong : tiup paru kali diselingi kompres dada 30 kali.
Dua penolong : tiup paru setiap 2 kali kompresi dada 30 kali.
Satu penolong : tiup paru kali diselingi kompres dada 30 kali.
Dua penolong : tiup paru setiap 2 kali kompresi dada 30 kali.
Tahap II :
o
Bantuan
hidup lanjut.
o
Jangan
hentikan kompresi jantung dan Venulasi paru.
Langkah berikutnya :
Langkah berikutnya :
o
Berikan
adrenalin 0,5 – 1 mg (IV), ulangi dengan dosis yang lebih besar jika
diperlukan. Dapat diberikan Bic – Nat 1 mg/kg BB (IV) jika perlu. Jika henti
jantung lebih dari 2 menit, ulangi dosis ini setiap 10 menit sampai timbul
denyut nadi.
o
Pasang
monitor EKG, apakah ada fibrilasi, asistol komplek yang aneh : Defibrilasi : DC
Shock.
o
Pada
fibrilasi ventrikel diberikan obat lodikain / xilokain 1-2 mg/kg BB.
o
Jika
Asistol berikan vasopresor kaliumklorida 10% 3-5 cc selama 3 menit. Petugas IGD
mencatat hasil kegiatan dalam buku catatan pasien. Pasien yang tidak dapat
ditangani di IGD akan di rujuk ke Rumah Sakit yang mempunyai fasilitas lebih
lengkap.